tag:blogger.com,1999:blog-8074750898894273046.post3618300157452508378..comments2023-10-26T19:14:46.547+07:00Comments on My Lo(v/n)ely Journey: KISS (Keep It Simple Stupid)Deni Chanhttp://www.blogger.com/profile/01261331528118688428noreply@blogger.comBlogger5125tag:blogger.com,1999:blog-8074750898894273046.post-7617039588123990322008-05-18T23:00:00.000+07:002008-05-18T23:00:00.000+07:00copas ni (kopi paste)... sumbernya di kasi dongg.....copas ni (kopi paste)... sumbernya di kasi dongg...Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8074750898894273046.post-57899475545270054702008-05-12T12:45:00.000+07:002008-05-12T12:45:00.000+07:00@ si_bolangsenang rasanya ada yang memiliki pemiki...@ si_bolang<BR/><BR/>senang rasanya ada yang memiliki pemikiran yang sama, <BR/>masalah hebat-hebatan sebetulnya tidak bisa dibuktikan kecuali kalau kita maju dalam satu ring tinju yang sama :p (he he, just kidding sob :))<BR/><BR/>Masalahnya tidak semudah itu sob, ada banyak kepentingan dalam hal export import minyak di negara kita. Masalahnya bukan gaya atau tidak gaya, masalahnya adalah DOIT (alias DUIT). Kalau udah urusan duit semua jadi rumit, berbelit belit, sampai sembelit :)Deni Chanhttps://www.blogger.com/profile/01261331528118688428noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8074750898894273046.post-35759036812552124052008-05-12T11:18:00.001+07:002008-05-12T11:18:00.001+07:00just one word : "lo gw banget men, cuma loe lebih ...just one word : "lo gw banget men, cuma loe lebih hebat lagi,hehehe"<BR/><BR/>seandainya diterapkan pada ekspor-impor di Indonesia gimana ya?<BR/>misalkan kita ga usah ekspor minyak bumi ke luar negeri, tapi diolah aja <BR/>untuk kita sendiri, memang terkesan sebagai bangsa egois, tapi melihat BBM mau naik lagi dan rakyat kita sendiri banyak yang lapar (imbas kenaikan BBM, harga melambung tinggi), saya kira pemerintah ga usah pake gaya-gayaan sok-sok ekspor, padahal <BR/>dalam negeri butuh juga.Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8074750898894273046.post-44301309583369141762008-05-12T09:24:00.000+07:002008-05-12T09:24:00.000+07:00Terima kasih atas koreksinya :), sahaya hanya mend...Terima kasih atas koreksinya :), sahaya hanya mendapat info dari satu sumber semata. Fakta itu kan saya sertakan segera dalam tulisan saya :)<BR/><BR/>Mengenai pemalsuan tanda tangan, kalo bung ericson tak setuju dengan saya, sebaliknya sahaya setuju denganbung ericson :), soal pemalsuan tanda tangan itu sebenarnya yang bersangkutan sudah menyetuju dokumen yang saya serahkan, dan telah menandatanganinya, cuma beliau lupa menandatangani lembar lainnya yang untuk dipegang oleh mahasiswa yang isinya persis sama dengan lembar yang satunya lagi yang sudah ditandatangani, toh setelah itupun sebenarnya lembar tersebut pada akhirnya dipegang oleh mahasiswa yang bersangkutan dan biasanya hilang taklama setelah itu :p. Masalahnya untuk mendapatkan cap "pengesahan", "mereka" harus melihat kedua dokumen itu sudah ditandatangani. Sebenarnya dalam kasus ini tidak ada pihak yang dirugikan, baik yang dipalsukan tanda tangannya (karena sebenarnya dia telah menyetujui dokumen tsb), maupun yang memberi cap "pengesahan" karena dokumen itu memang sudah disetujui oleh yang berangkutan. Masalahnya disini adalah kelalaian, yang bersangkutan lupa memberi tanda tangan pada lembar yang satunya lagi karena (mungkin) sudah banyak mahasiswa lain yang antri dibelakang untuk meminta tanda tangan, dan sang mahasiswa juga lalai karena tidak memeriksa kembali dokumen tersebut.<BR/><BR/>Lebih dari itu, saya setuju sekali dengan bung ericson, pemalsuan tanda tangan (terutama memiliki legalitas kuat dan mengandung suatu tanggung jawab yang besar) merupakan murni kriminal, kecuali pemalsuan tandatangan pada tugas ospek tentunya :p (no legality, no responsible) - keukeuh - karena unsur penindasannya lebih besar dari pada unsur pendidikannya . Jangan sampai kejadian ini ditiru oleh yang lainnya, adapun kejadian yang saya hadapi waktu itu memang tidak memungkinkan sahaya untuk mencari pihak yang bersangkutan untuk dimintai tanda tangan, karena keterbatasan waktu, kalau sahaya sampai telat menyerahkan dokumen (yang sebenarnya telah disetujui, karena telah ditandatangani satu bagian), saya harus berhadapan dengan administrasi dan birokrasi yang sangat rumit, karena menerapkan metode KISS. :)Deni Chanhttps://www.blogger.com/profile/01261331528118688428noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8074750898894273046.post-90095527549149008792008-05-12T08:37:00.000+07:002008-05-12T08:37:00.000+07:00Tentang pena ruang angkasa, itu cuma mitos Den. Ke...Tentang pena ruang angkasa, itu cuma mitos Den. Kejadiannya tidak seperti itu. Awalnya, baik Rusia maupun US sama-sama make pensil. Cuma karena faktor keselamatan (kayu dan grafit pensil mudah terbakar, dsb), maka penggunaan pensil untuk misi ruang angkasa digantikan oleh space pen.<BR/>Space pen ditemukan oleh penemu independen. Tidak ada riset dengan dana gila-gilaan sampai 11 juta dollar. <BR/>Tentang kotak sabun kosong, aku belum menemukan informasi yang bisa dijadikan referensi silang (yang beredar isinya sama semua). Ada kemungkinan cuma mitos juga.<BR/><BR/>Dan untuk satu hal lagi, aku harus menyatakan ketidaksetujuan pada bung Deni :D. Memalsu tanda tangan, bagi saya, merupakan kejahatan bung Deni. Baik secara moral maupun kriminal. Ada makna di balik sebuah tanda tangan. Yaitu tanda tanggung jawab. Bahwa orang yang membubuhkan tanda tangan itu dengan sadar memberikan persetujuan mengenai hal yang tertulis pada dokumen yang ditandatangani, dan dengan sadar menyatakan siap bertanggung jawab, apapun konsekuensi dari isi dokumen itu. Saya tidak akan pernah ikhlas, bila suatu waktu ada orang yang memalsu tanda tangan saya tanpa sepengetahuan saya, apapun tujuannya.<BR/>Kalo dirasa terlalu rumit, yang perlu dilakukan adalah menuntut adanya perubahan prosedur. Bukan malah ikut prosedur tapi tanda tangan dipalsukan :D.<BR/><BR/>Tapi aku sangat setuju, kalo cara sederhana bisa menyelesaikan masalah, tidak usah harus rumit.Anonymousnoreply@blogger.com