Sebagian dari kita mungkin sudah mengenal sosok yang satu ini. Ikon seni lukis modern Indonesia. Pelukis Indonesia pertama yang mengenyam pendidikan di Eropa. Seperempat abad waktu hidupnya ia habiskan di Eropa untuk mempelajari gaya melukis dari para Maestro di negeri itu. Dari Belanda, ia menjejak ke Jerman, Prancis, Austria, dan Itali, sebelum akhirnya kembali ke Jawa (dulu belum ada Indonesia) pada pertengahan abad ke 19.
Bakat melukisnya sudah terlihat sejak muda, tak heran jika mentornya, seorang pelukis keturunan Belgia,A.A.J. Payen, yang ditugaskan oleh pemerintah Belanda untuk melukis pemandangan Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departemen van Kolonieen di Belanda, mengirimnya untuk menuntut ilmu ke negeri para Meneer itu. Di Belanda kemampuannya semakin bersinar, bahkan sampai ada cerita yang menarik ketika ia belajar di Belanda :
Raden Saleh, di satu sisi kontroversial mengenai hal ihwal pandangan kebangsaannya, tapi mampu menunjukkan kepada dunia sebagai Pelukis kelas dunia. Pembawaannya yang supel dan penuh humor, membuatnya mudah di terima di kalangan pelukis dan bangsawan Eropa bahkan sampai di juluki Pangeran Hitam dari Jawa. Dari penggalan kata katanya, mungkin kita bisa menarik benang pandangan hidupnya tentang hubungan sesama:
Mengenai pandangan kebangsaannya, cukuplah bagi kita meresapi salah satu lukisan monumentalnya "Pengangkapan Pangeran Dipenogoro", yang menggambarkan penangkapan Pangeran Dipenogoro oleh Jendral de Kock. Alih alih menggambarkan ekspresi sang pangeran yang letih, menyerah seperti dilukiskan oleh pelukis Belanda, Nicolaas Pieneman, di dalam lukisan Raden Saleh, Pangeran Dipenogoro terlihat menantang, dengan muka mendongak menahan amarah, sebuah ekspresi perlawanan yang tak pantang menyerah.
Selain lukisan monumentalnya yang menjadi koleksi Instana Kepresidenan Republik Indonesia, masih ada puluhan lukisan lainnya yang tak kalah indahnya. Mungkin hanya sebagian kecil dari kita yang pernah melihatnya, bahkan mungkin belum pernah melihatnya sendiri. Pada tanggal 3-17 Juni 2012, Goeethe Institute, bekerja sama dengan Galeri Nasional Indonesia dan Kedutaan Besar Jerman, menggelar pameran seni lukis Raden Saleh yang bertajuk "Raden Saleh dan Awal Seni Lukis Modern Indonesia". Pameran yang di gelar di Galeri Nasional Indonesia, Jl Medan Merdeka Timur 14, Jakarta, 10110, Indonesia ini memamerkan lebih dari 40 lukisan cat minyak dan banyak sketsa karya Raden Saleh.
Pameran dibuka untuk umum setiap hari dari hari senin sampai minggu, jam 09.00 sampai 18.00, dan ... gratis. Selain menampilan karya seni lukis Raden Saleh, pameran yang juga merupakan acara puncak dan penutup rangkaian acara "JERIN - Jerman dan Indonesia, Kreativitas dalam Keberagaman", yang mengetengahkan kemitraan Jerman-Indonesia di bidang ilmu pengetahuan, politik, ekonomi dan kebudayaan sejak Okober 2011 ini juga menampilan filem pendek mengenai perjalanan hidup Raden Saleh. Pameran yang sangat langka ini, sangat sayang jika harus dilewatkan. Melihat karya sang Maestro dari dekat, mengamati detil detil goresan kuasnya, merasakan jiwa dari liuk liuk warnanya, merupakan kepuasan tersendiri. Menikmati lukisan lukisan dan goresan tangannya, kita serasa dibawa kembali ke pertengahan abad ke 19. Dibawa ke alam perburuan liar, memahami karakter manusia di zaman itu, dan menikmati sajian pemandangan Indonesia di penghujung abad ke-19.
Bagi yang tidak sempat mampir ke pameran ini, jangan khawatir, berikut saya tampilkan beberapa foto foto lukisannya.
Bakat melukisnya sudah terlihat sejak muda, tak heran jika mentornya, seorang pelukis keturunan Belgia,A.A.J. Payen, yang ditugaskan oleh pemerintah Belanda untuk melukis pemandangan Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departemen van Kolonieen di Belanda, mengirimnya untuk menuntut ilmu ke negeri para Meneer itu. Di Belanda kemampuannya semakin bersinar, bahkan sampai ada cerita yang menarik ketika ia belajar di Belanda :
Semasa belajar di Belanda keterampilannya berkembang pesat. Wajar ia dianggap saingan berat sesama pelukis muda Belanda yang sedang belajar. Para pelukis muda itu mulai melukis bunga. Lukisan bunga yang sangat mirip aslinya itu pun diperlihatkan ke Raden Saleh. Terbukti, beberapa kumbang serta kupu-kupu terkecoh untuk hinggap di atasnya. Seketika keluar berbagai kalimat ejekan dan cemooh. Merasa panas dan terhina, diam-diam Raden saleh menyingkir.
Ketakmunculannya selama berhari-hari membuat teman-temannya cemas. Muncul praduga, pelukis Indonesia itu berbuat nekad karena putus asa. Segera mereka ke rumahnya dan pintu rumahnya terkunci dari dalam. Pintu pun dibuka paksa dengan didobrak. Tiba-tiba mereka saling jerit. "Mayat Raden Saleh" terkapar di lantai berlumuran darah. Dalam suasana panik Raden Saleh muncul dari balik pintu lain. "Lukisan kalian hanya mengelabui kumbang dan kupu-kupu, tetapi gambar saya bisa menipu manusia", ujarnya tersenyum. Para pelukis muda Belanda itu pun kemudian pergi.
Antoine Payen : Pasar di Banyuwangi | Tanpa tahun | Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi Pribadi |
Raden Saleh, di satu sisi kontroversial mengenai hal ihwal pandangan kebangsaannya, tapi mampu menunjukkan kepada dunia sebagai Pelukis kelas dunia. Pembawaannya yang supel dan penuh humor, membuatnya mudah di terima di kalangan pelukis dan bangsawan Eropa bahkan sampai di juluki Pangeran Hitam dari Jawa. Dari penggalan kata katanya, mungkin kita bisa menarik benang pandangan hidupnya tentang hubungan sesama:
Hormatilah Tuhan dan Cintailah Manusia (Raden Saleh, Maxen, 1848)
Mengenai pandangan kebangsaannya, cukuplah bagi kita meresapi salah satu lukisan monumentalnya "Pengangkapan Pangeran Dipenogoro", yang menggambarkan penangkapan Pangeran Dipenogoro oleh Jendral de Kock. Alih alih menggambarkan ekspresi sang pangeran yang letih, menyerah seperti dilukiskan oleh pelukis Belanda, Nicolaas Pieneman, di dalam lukisan Raden Saleh, Pangeran Dipenogoro terlihat menantang, dengan muka mendongak menahan amarah, sebuah ekspresi perlawanan yang tak pantang menyerah.
Penangkapan Pangeran Dipenogoro karya Nicolaas Pieneman |
Sketsa "Penangkapan pangeran Dipenogoro" karya Raden Saleh |
Penangkapan Pangeran Dipanegara | 1857 | Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi Istana Kepresidenan |
Di Pintu Masuk Ruang Pameran
Informasi Riwayat Hidup Raden Saleh
Hiruk Pikuk Suasana Pameran
Antusiasme Pengunjung Pameran
Pemutaran Filem Raden Saleh
Pameran dibuka untuk umum setiap hari dari hari senin sampai minggu, jam 09.00 sampai 18.00, dan ... gratis. Selain menampilan karya seni lukis Raden Saleh, pameran yang juga merupakan acara puncak dan penutup rangkaian acara "JERIN - Jerman dan Indonesia, Kreativitas dalam Keberagaman", yang mengetengahkan kemitraan Jerman-Indonesia di bidang ilmu pengetahuan, politik, ekonomi dan kebudayaan sejak Okober 2011 ini juga menampilan filem pendek mengenai perjalanan hidup Raden Saleh. Pameran yang sangat langka ini, sangat sayang jika harus dilewatkan. Melihat karya sang Maestro dari dekat, mengamati detil detil goresan kuasnya, merasakan jiwa dari liuk liuk warnanya, merupakan kepuasan tersendiri. Menikmati lukisan lukisan dan goresan tangannya, kita serasa dibawa kembali ke pertengahan abad ke 19. Dibawa ke alam perburuan liar, memahami karakter manusia di zaman itu, dan menikmati sajian pemandangan Indonesia di penghujung abad ke-19.
Beberapa Sketsa Karya Raden Saleh Yang Dipamerkan
Bagi yang tidak sempat mampir ke pameran ini, jangan khawatir, berikut saya tampilkan beberapa foto foto lukisannya.
Lukisan Pemandangan Karya Raden Saleh Ketika di Eropa |
Potret Gadis dengan Anjing | 1856 | Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi Pribadi |
Saint Jerome | 1839 | Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi Pribadi |
Potret Raden Ayu Muning Kasari | 1857 | Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi Pribadi
|
Harimau Sedang Minum | Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi Pribadi |
Jalan di Megamendung | 1862 | Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi Pribadi |
Jalan di Megamendung | 1862 | Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi Pribadi |
Kuda Diterkam Singa | 1842 | Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi Pribadi |
Orang Badui Dengan Kuda Mati | 1843 | Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi Pribadi |
Pemburu Diserang Harimau | 1847 | Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi Pribadi |
Memburu Singa | 1840 | Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi Pribadi |
Penunggang Kuda Arab Diterkam Singa | 1844 | Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi Pribadi |
Berburu Banteng di Jawa | 1851 | Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi Istana Kerpresidenan |
Kapal Dilanda Badai | 1839 | Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi GNI |
Memburu Singa | 183940| Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi Pribadi |
Singa Memamerkan Taringnya | Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi Pribadi |
Mengintai | 1849 | Cat Minyak di Atas Kanvas | Koleksi Pribadi |