Membuat keputusan yang lebih baik (Sebuah Rangkuman)

Setiap hari kita disuguhi dengan keputusan-keputusan yang harus kita ambil baik dalam masalah pekerjaan maupun dalam masalah pribadi. Akan tetapi terkadang kita dihadapkan pada masalah yang rumit dalam mengambil keputusan yang terbaik bagi permasalahan yang kita hadapi tersebut sehingga proses pengambilan keputusan menjadi masalah tersendiri yang melengkapi permasalahan yang telah ada.

Spencer Johnson, MD, seorang sarjana psikologi dari University Of Southern California dan penulis puluhan buku best seller yang telah diterjemahkan ke 22 bahasa di berbagai negara, dalam bukunya yang berjudul “Yes Or NO”, menawarkan satu konsep yang dapat di pakai untuk membuat keputusan yang tak hanya baik akan tetapi “lebih baik”. Dalam buku yang tebalnya tidak lebih dari seratus halaman, pengarang buku “One Minute Manager” ini mengusulkan konsep “Lontarkan Pertanyaan Uji Coba, maka engkau akan mendapatkan keputusan yang lebih baik!”.

Dengan gaya penuturan sebuah cerita tentang pendakian yang dilakukan oleh seorang pemuda dengan pemandunya dan beberapa pendaki lainnya, sang penulis, memulai konsepnya bahwa untuk dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik maka kita harus berhenti membuat keputusan yang buruk. Hal ini seperti pepatah cina kuno, “Jika Anda ingin secangkir the panas, kosongkan cangkir Anda terlebih dahulu”,Menuangkan teh panas ke dalam cangkir yang penuh berisi teh dingin berarti teh panas itu tak akan dapat mengisinya melainkan akan tumpah kepiring alasnya. Hal ini sama halnya dengan apabila sesuatu yang tidak berjalan tidak menghalangi Anda, maka Anda bebas melakukan mencari hal yang lebih baik, dan biasanya Anda melakukannya dengan cepat. Dan hal ini hanya bisa dilakukan jika kita melontarkan beberapa pertanyaan terhadap diri ini sebelum membuat keputusan. Kebanyakan orang, terlalu malas meluangkan waktu untuk melontarkan pertanyaan dan berpikir sejenak, hasilnya mereka membuat keputusan yang buruk dan harus memulai dari awal lagi untuk membuat keputusan yang baik.

Setidaknya ada enam pertanyaan yang harus dilontarkan sebelum mengambil keputusan, yang keenamnya bermuara pada jawaban tegas, Ya atau Tidak. Keenam pertanyaan itu terdiri dari tiga pertanyaan praktis yang mengingatkan kita apa yang sebenarnya berlangsung di sekeliling kita, dan tiga pertanyaan pribadi yang menanyakan tentang apa yang ada di dalam diri kita.


Tiga pertanyaan praktis itu adalah:

  1. Apakah saya mengejar kebutuhan yang sesungguhnya?

Pertanyaan ini ditujukan untuk dapat membedakan antara yang kita inginkan dan apa yang benar-benar kita butuhkan. Seseorang yang fokus terhadap kebutuhan yang sesungguhnya, dan mengesampingkan apa yang diingininya akan dapat membuat keputusan yang lebih baik. Suatu keinginan adalah suatu harapan sedangkan suatu kebutuhan atau keperluan adalah suatu keharusan.

Sebuah keinginan hanyalah suatu pengalihan perhatian yang menarik, yang mungkin kita ingin kejar tetapi kelak akan mengecewakan. Kendati kita memperoleh apa yang kita inginkan, seringkali kita merasa tetap berharap. Sedangkan suatu kebutuhan bersifat mendasar dan mengasuh. Kebutuhan adalah apa yang diperlukan sebuah situasi. Sebagai contoh, kita ingin memakan selai tetapi kita membutuhkan roti. Selai itu terasa enak tetapi tidak mengenyangkan kita.

Sekitar tahun 1980-an, ketika orang jepang berhasil membeli sejumlah besar perusahaan dan real estate Amerika. Orang Amerika memperoleh apa yang mereka inginkan: keuntungan yang besar dan cepat. Sedangkan dunia usaha jepang memperoleh apa yang mereka butuhkan: Kekayaan dan kekuasaan jangka panjang.

Kuncinya adalah memumpukan diri pada kebutuhan yang sesungguhnya. Memumpukan berarti melihat dari segi hasil yang benar-benar Anda butuhkan secara jelas dan rinci sehingga Anda dapat melihat dairi Anda sendiri mencapai hal itu.

Pada awal tahun 1960-an presiden amerika mengatakan ,”Kita akan mendaratkan manusia dibulan dan mengembalikannya dengan selamat ke bumi pada akhir dekade ini.” Dari perkataannya ini kita bisa melihat bahwa ia ingin mendaratkan manusia di bulan sesegera mungkin. Tetapi kebutuhan yang sesungguhnya adalah untuk mendaratkan manusia di bulan dan mengembalikannya dengan selamat. Dan sejarah membuktikan bahwa amerika berhasil mendaratkan manusia di bulan pada tahun 1969, tepat pada akhirdekade itu, dan mengembalikan mereka dengan selamat.

Keputusan yang lebih baik hanya akan dihasilkan jika kita memfokuskan diri secara tegas pada apa-apa yang dibutuhkan dan mengesampingkan apa-apa yang diinginkan.

Untuk dapat melihat apa yang benar-benar Anda inginkan bertanyalah pada diri sendiri, “Apa yang ingin saya lakukan?”. Dan untuk melihat apa-apa yang Anda butuhkan, bertanyalah ,”MemAndang kebelakang, apa yang sebenarnya telah ingin saya lakukan?”

Tanyakanlah kepada diri sendiri apa yang benar-benar perlu dari keputusan ini? Bagi saya? Bagi Oran lain? Apakah daya lihat saya benar-benar terpumpun jelas pada hasil yang diperlukan ?

Apakah saya berkata “Ya” hanya terhadap apa yang benar-benar memenuhi kebutuhan, dan “Tidak” terhadap hal-hal lain?

Apakah saya mengejar kebutuhan yang sesungguhnya? Ya atau Tidak .

  1. Apakah saya telah mengetahui pilihan saya?

Hal selanjutnya yang harus dilakukan untuk mendapatkan keputusan yang lebih baik adalah menyadari bahwa Anda benar-benar mempunyai pilihan. Dalam pikiran kita yang beku karena rasa takut sering kali kita merasa yakin bahwa tidak terdapat pilihan lain. Hal itu jarang benar dan seringkali hanya merupakan tAnda persaaan takut semata.

Seringkali terdapat beberapa pilihan tetapi kita tidak menyadarinya. Anda dapat menyadari adanya beberapa pilihan tersebut dengan cara mengumpulkan informasi yang diperlukan. 'Informasi yang diperlukan' hanyalah apa yang Anda perlu ketahui untuk mengambil keputusan yang lebih baik. Segala hal lain yang tidak ada kaitannya. Ketika Anda mengumpulkan informasi itu, Anda akan semakin menyadari akan pilihan Anda .

Informasi adalah kumpulan fakta dan perasaan, apa dan bagaimana perasaan orang terhadap hal itu. Informasi dapat diperoleh melalui pengamatan, bertanya kepada orang yang berpengalaman, dan membuktikan kebenaran informasi itu sendiri.

Suatu hari Hendry Ford, mengundang makan ketiga managernya, dan kemudian memilih salah satunya untuk menjadi manager umum. Ketika orang itu menanyakan alasannya mengapa ia terpilih, Ford menjawab, “Andalah satu-satunya yang mencicipi makanan sebelum menamahnya dengan garam. Dan saya suka dengan orang yang mengumpulkan informasi terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan.”

Mungkin kita tidak akan pernah merasa memperoleh informasi yang diinginkan, tetapi bertanyalah”apakah saya telah memperoleh informasi yang diperlukan?” informasi yang diperlukan itu bersifat kritis,yang berarti tanpa itu, Anda tak dapat mengambil keputusan yang lebih baik. Semakin banyak informasi yang diperlukan yang dapat kita kumpulkan, semakin terpempang dengan jelas pilihan-pilihan yang dapat kita ambil untuk menghasilkankeputusan yang lebih baik.

Tanyakanlah kepada diri Anda, apakah saya telah memperoleh informasi yang saya perlukan? Siapa yang memilikinya? Apa cara terbaik untuk memperolehnya?Apakah saya sendiri telah membuktikan kebenaran informasi itu?

Ketika saya mengumpulkan informasi yang perlu, apa saja pilihan lebih baik yang saya temukan? Apakah saya buta terhadap pilian saya atau apakah saya berhasil mengungkapkan beberapa pilihan yang berguna yang harus saya pilih diantaranya?

Apakah saya mengetahui tentang pilihan saya? Ya atau Tidak.

  1. Apakah saya memikirkan hal ini secara mendalam untuk mencapai hasil yang lebih baik?

Seorang pemain catur yang baik akan selalu memikirkan beberapa langkah dimuka agar dapat menang. Begitu juga dalam menghasilkan keputusan yang lebih baik, kita harus dapat membayangkan sesuatu apapun yang kita hadapi dan bertanya,”Apa kemungkinan yang terjadi? Kemudian apa tindakan selanjutnya? Dan seterusnya? Sampai kita memikirkan situasi itu secara mendalam dan agar tercapai hasil yang lebih baik. Bayangkan secara rinci apa yang akan terjadi seandainya Anda bertndak sesuai dengan keputusan sementara Anda.

Tanyakanlah kepada diri Anda, Apa saja hasil yang harus didapatkan untuk mengisi kebutuhan yang sesungguhnya? Jika saya bertindak sesuai keputusan saya, apa yang mungkin terjadi?Lalu apa kelanjutannya?...Lalu apa kelanjutannya? Apa yang saya takutkan merupakan hasil yang terburuk? Apa hasil yang paling baik? Apa yang harus saya lakukan dalam kasus yang paling buruk/baik? Seberapa jauh saya dapat meramalkan hasil yang paling mungkin? Bagi saya? Bagi Orang lain?

Apakah saya telah memikirkan hal ini secara mendalam untuk mencapai hasil yang lebih baik? Ya atau Tidak.


Dan Tiga pertanyaan pribadi itu adalah:

  1. Apakah saya sungguh jujur terhadap diri sendiri?

Keputusan yang buruk terjadi karena ilusi yang Anda percayai, sedangkan keputusan yang lebih baik diambil berdasarkan kebenaran yang Anda akui.

Mengambil keputusan berdasarkan ilusi yang kita yakini seperti membangun rumah diatas pondasi pasir. Tingal menunggu waktu kapan rumah itu akan ambruk. Sementara itu orang merasa sesuatu yang tidak enak yang ingin didorongnya ke lubuk hatinya. Hidup dalam ilusi adalah hidup terus-menerus dalam penderitaan. Kita tahu ada yang salah tetapi kita tidak mau tahu masalahnya. Kita menolaknya. Ibarat sakit kepala yang menahun yang kita anggap mengganggu, tetapi pada akhirnya kita bisa menerima dan menjadi terbiasa. Kita mentoleransi rasa sakit itu. Akan tetapi, ilusi, seperti halnya rasa sakit akan terus menguras kita, baik kita sadari maupun tidak.

Keputusan yang lebih baik selalu berdasarkan pada kenyataan, kebenaran, integritas, dan kejujran. Kenyataan adalah segala sesuatu yang nyata, kebenaran adalah penjelasan dari sesuatu yang nyata tersebut. Integritas adalah memberitahu diri sendiri tentan kebenaran itu, dan kejujuran adalah memberitahu orang lain akan kebenaran itu.

Di Amerika ada suatu perusahaan pelopor yang selama bertahun-tahun berpikir behwa mereka membuat mesin foto kopi terbaik hingga sekarang. Tetapi pangsa pasar terus merosot. Ketika direktur utama yang bijaksanan mengirim paa insinyur mereka dan melakukan uji tukar pengalaman antar perusahaan foto kopi, mereka menyadari perusahaan lain itu memiliki mesin fotokopi yang lebih bermutu dengan harga yang lebih murah.Akhirnya perusahaan itu segera memperbaiki mutu mesinnya untuk meningkatkan pelayanan sehingga para pelanggan tetap puas. Dan akhirnya perusahaan itu mendapat penghargaan Baldrige atas mutu organisasinya. Kisah tersebut adalah salah satu contoh yang baik dalam membedakan antara kebenaran dan ilusi. Dalam kisah tersebut perusahaan berilusi bahwa mesin fotokopinya adalah yang terbaik, akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa ada perusahaan lain yang memiliki mutu lebih tinggi dengan harga yang lebih murah. Akhirnya perusahaan tersebut harus jujur terhadap dirinya berdasarkan kenyataan yang ada dan berdasarkan hal ini, mereka dituntut untuk dapat mengambil keputusan yang lebih baik.

Keputusan yang lebih baik hanya akan jelas terlihat jika Anda menemukan kebenaran. Untuk menemukan kebenaran ini Anda harus sungguh-sungguh mencarinya. Untuk mendapat kebenaran, Anda harus mencari ilusi yang ingin Anda yakini itu benar, padahal sebenarnya tidak. Jauh lebih mudah melihat kesalahan orang lain. Jadi saya harus menyanyakan kepada mereka apa saja yang salah pada diri saya lalu saya perhatikan apa yang benar pada diri saya.

Tanyakanlah kepada diri sendiri, Sudahkan saya meninjau keputusan saya yang terdahulu unuk menunjukkan bahwa keputusan buruk yang telah saya ambil itu didasarkan atas ilusi yang saya yakini benar padahal belum pasti demikian? Sudahkah saya memeriksa kenyataan dengan mengamati apa yang terjadi di dalam diri saya dan disekitar saya? Apakah saya menghindari perasaan yang tidak nyaman akiat dari mempercayai seuah ilusi? Sudahkah saya melihat kebenaran itu sekarang?

Apakah saya sungguh jujur terhadap diri saya? Ya atau Tidak.

  1. Apakah keputusan ini sesuai dengan intuisi/perasaaan saya?

Setiap orang pasti memiliki 'pemandu pribadi', semacam penasihat didalam yang bijaksana. Itulah yag dinamakan intuisi. Termasuk di dalamnya pa yang Anda rasakan tentang cara mencapai keputusan itu. Seringkali kita terlalu banyak menggunakan ego dalam membuat suatu keputusan. Ego yang kuat mendukung kepercayaan diri, kecuali jika Anda menjadi egois seakan keputusan Anda hanya berpusat pada diri sendiri. Jika Anda bersikap egois terhadap suatu siatuasi, Anda menyulitkan diri sendiri. Keadaan menjadi rumit karena Andalah penyebabnya. Rumit, artinya ada banyak bagian suatu persoalan. Bila Anda menganggap suatu persoalan itu rumit, maka Anda dapat menganalisis setiap bagiannya, dan Anda akan menemukan jawaban yang sederhana dan jelas. Gabungkan semua hal itu dan Anda akan menemukan suatu penyelesaian.

Semakin banyak Anda menggunakan intuisi Anda untuk melihat bagaimana perasaan Anda, semakin Anda membuat diri anada terlindungi dari membuat suatu kesalahan. Bagaimana perasaaan Anda tentang cara Anda mengambil keputusan seringkali meramalkan hasilnya. Jangan pernah mengambil suatu keputusan yang didasarkan atsa rasa takut dan gelisah, karena Anda tidak akan pernah mendapatkan hasi yang lebi baik. Anda cenderung mendapatkan hasil yang leih baik bila Anda tidak dibimbing oleh ego melainkan oleh “pemandu yang lebih baik”.

Tanyakanlah kepada diri Anda saat membuat keputusan. Apakah saya merasa takut atau antusian? Jelas atau bingung? Egois atau “Dipandu”?

Apa yang akan saya lakukan apabila saya tidak takut saat itu?

Apakah keputusan ini sesuai dengan saya? Enar-benar sesuai seperti warna baju kesukaan saya, atau keinginan untuk menemui sahabat saya, atau pergi berjalan-jalan seorang diri? Bila saya merasa ada saya merasa ada sesuatu yang kurang cocok, yang kemungkinan memang begitu, maka saya sebaiknya mengubah keputusan saya lagi.

Apakah keputusan ini benar-benar sesuai dengan perasaan saya? Ya atau Tidak.

  1. Apakah tindakan saya menunjukkan keyakinan saya bahwa saya patut memperoleh yang lebih baik?

Banyak orang berpikir mereka patut mendapatkan hal yang lebih baik, tetapi tindakan mereka menunjukkan bahwa mereka tidak begitu yakin.

Untuk menyadari apa yang benar-benar Anda yakini, Anda harus melihat apa yang paling sering Anda lakukan.

Orang yang benar-benar meyakini bahwa mereka patut memperoleh apa yang lebih baik akan bertindak dan berusaha melakukan sesuatu untuk mendapatkan yang lebih baik tersebut.

Kunci untuk membuat keputusan yang lebih baik adalah keputusan untuk percaya bahwa saya patut mendapatkan yang lebih baik dan kemudian bertindak menurut keyakinan tersebut.

Tanyakanlah kepada diri Anda, Apakah saya telah cukup mempertimbangkan dengan dalam keputusan yang lampau untuk menyadari apa yang benar-enar saya yakini patut saya peroleh? Apakah saya melihat bagaimana keputusan saya mengungkapkan keyakinan saya? Untuk melihat yang saya yakini, Apakah saya melihat apa yang saya lakukan sebenarnya? Apakah saya cukup yakin akan keputusan saya untuk segera melaksanakannya?

Apa yang akan saya lakukan sekaang seandainya saya bertindak seakan-akan saya yakin bahwa saya patut mendapatkan yang lebih baik?

Apakah tindakan saya menunjukkan keyakinan bahwa saya patut memperoleh yang lebih baiik? Ya atau Tidak.


(Ditulis pada saat BT, nggak ada kerjaan :p)


Makna Seorang Ibu bagi Li Jia Tong

Li Jia Tong, rektor Universitas Ji Nan, sejak lahir dihinggapi kesepian demi kesepian, hingga tak sanggup memperingati hari ibu. Tak lama setelah lahir, yang ia tahu ia dibuang ibunya. Tiap kali peringatan hari ibu, ia kesepian dan tidak leluasa, karena dimana-mana orang melantunkan lagu tentang kasih ibu.

Li Jia Tong, tidak bisa meresapi lagu-lagu itu. Setelah sebulan lebih dilahirkan ia ia ditemukan di stasiun kereta api Xin Zhu. Ia kemudian diserahkan pada panti asuhan. Hingga dewasa ia tak pernah melihat ibunya. Di panti sebagian anak masih punya keluarga. “Dalam perayaan tertentu banyak sanak saudara yang datang menjemput. Sedang saya, dimana rumah saya pun saya tidak tahu,” ujarnya.

Karena cerdas Li Jia Tong lolos jurusan arsitektur Universitas Xin Zhu. Ia menyelesaikan kuliah sambil bekerja sambilan. Saat wisuda orang tua mahasiswa lain berdatangan, sedang keluarga satu-satunya yang hadir adalah pengasuhnya di panti asuhan. Sejak kelas 4 SD, ia melarikan kesepian pada berbagai pintu, berlatih piano, mengikuti lomba pidato, mengikuti lomba debat, namun kesepiannya tidaklah tersembuhkan.

Di panti ia tidak pernah mendapatkan peran penting dalam peringatan hari ibu. “Walau suka memainkan piano, tapi saya punya prinsip, tak akan memainkan lagi-lagu hari ibu, kecuali jika dipaksa, itupun tetap saja tak akan saya mainkan atas keinginan sendiri,”ujar Li Jia tong hampa.”Kadang saya berpikr siapa ibu saya? Saat membaca novel saya menebak saya anak haram, ayah meninggalkan ibu dan ibu yang masih muda akhirnya membuang saya.”

Kesepian mengikuti ibarat bayang-bayang hingga suatu ketika ia menemukan jawabannya, ketika menyisiri latar belakang ibunya. Dari hasil penelusurannya tentang ibunya diketaui bahwa ibunya pekerja kasar yang amat miskin, yang dengan sangat terpaksa meninggalkannya di stasiun, karena khawatir anaknya menjadi korban pukulan ayahnya. Semua ia ketahui dari penuturan kepala sekolah tempat ibunya bekerja sebagai tenaga pembersih, karena ketika itu ibunya sudah meninggal. Ia mendapat amplop yang disimpan ibunya, berisi foto ketika ia diwisuda, juga foto usang beberapa ibu kaya yang menyumbang panti asuhan tempat ia dirawat. Rupanya sang ibu yang terus mengikuti perkembangan Li Jia Tong berhasil membujuk ibu-ibu kaya untuk menyumbang panti itu. Dalam foto tampak pula ibunya. Li Jia Tong bergidik mengetahui betapa detil ibunya mengikuti perkembangan dirinya, dan betapa ia saat itu berada pula dalam foto itu, masih kanak-kanak. Amplop itu juga berisi tiket-tiket perjalanan dari kota kecil tempat ibunya tinggal, menuju kecamatan Bao Shan kabupaten Xin Zhu, tempat panti berada. Kepala sekolah memberitahu, bahwa setiap pulang dari sana, sang ibu terlihat sangat riang.

Kepala sekolah juga berkata, “Kamu seharusnya berterimakasih pada ibumu. Dia membuangmu demi mencarikan lingkungan lebih baik. Jika kamu tetap tinggal disini, bisa-bisa kamu hanya lulus SMP, lalu pergi ke kota mencari kerja. Di sini hampir tidak ada yang mengecap pendidikan SMU. Lebih gawatnya, juka kamu tidak tahan terhadap pukulan dan amarah ayahmu tiap hari, bisa-bisa kamu seperti kakakmu yang kabur dari rumah dan tak pernah kembali lagi.”

Usai mendengar semua itu, Li Jia Tong tiba-tiba tergerak melakukan sesuatu. Ia membuka tutup piano dan menghadap metahari di luar jendela,memainkan satu persatu lagu tentang ibu. “Prinsip yang saya telah tetapkan telah lenyap. Saya bukan saja bsa memainkan lagu peringatan hari ibu, tapi saya bisa menyanyikannya. Kepala sekolah dan para guru juga ikut bernyanyi. Suara piano tersebar ke seluruh sekolah dan berkumandang sampai ke lembah. Di senja hari ini,penduduk kota kecil ini akan bertanya,”Kenapa ada oran memainkan lagu tentang ibu?” Bagi saya ini adalah hari ibu.

(Di kutip dari majalah Tarbawi edisi 152, dengan perubahan seperlunya)

Beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari cerita diatas yaitu:

1. Sekali lagi dunia membuktikan bahwa bahwa kasih ibu itu sepanjang jalan, seorang ibu sejauh apapun jarak yang memisahkan dengan anaknya, ia akan berusaha berbuat demi kebahagiaan anaknya.

2. Tidak selayaknya kita berburuk sangka dan berprilaku buruk terhadap kedua orang tua kita, terutama ibu, hanya karena terkadang mereka membuat kita kesal, percayalah semarah apapun seorang ibu, serewel apapun seorang ibu, dihatinya ia selalu memikirkan kebaikan anaknya.

3. Seorang ibu akan ikut abahagia ketika mengetahui anaknya bahagia, sebaiknya ia akan iku t bersedih ketika mengetahui anaknya tidak bahagia. Oleh karenanya, jangan sekali-kali membawa muka masam dan muram ketika bertemu dengan orang tua kiat terutama ibumu, ucapkanlah hal-hal yang baik-baik, tunjukanlah muka ceriamu, buatlah hati kedua oran tuamu tersenyum ketika melihatmu.

4. Sudah selayaknya kita bersyukur bahwa kita dilahirkan dalam keluarga yang harmonis dan berkecukupan sehingga tidak harus mengalami apa yang dialami ole Li Jia Tong
Suda sepatutnya kita memanfaatkan karunia yang diberikan tuhan berupa keluarga yang harrmonis dan berkecukuapan secara finansial untuk melakukan prestasi demi prestasi dalam hidup ini, lihatlah Li Jia Tong yang berhasil menjadi seorang rektor dengan usahanya sendiri, tanpa ada dukungan dukungan keluarganya sedikitpun,bahkan dalam kondisi tidak tahu menahu tentang asal usulnya.

5. Berbaktilah kepada kedua orang tuamu selagi mereka masih hidup, dan janganlah menyakiti hati keduanya sekalipun juga. Lihatlah Li Jia Tong dalam kisah di atas yang hanya bisa mempersembahkan nyanyian tentang ibu, itupun setelah ibunya tiada. Kita tentu tidak harus seperti dia selagi kedua orang tua kita masih ada disamping kita.

6. ..... tambahkan sesuai pemahamanmu terhadap kisah di atas :)

Copyright © 2008 - My Lo(v/n)ely Journey - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template