Kisah Si Semut Kecil



semut kecil berjalan beriring..
menuju pohon di sisi tebing...
di pucuk pohon mentari tersungging..
karna langit tlah mulai menguning..

Semut kecil memandang langit..
tak gentar pula melongok jurang...
Meski kaki terasa sakit...
tapi tak pernah berpatah arang...

Semut kecil berpaku diam..
dipandangnya horizon yang kian kelam...
walau hari tlah beranjak malam..
tak gentar jalan dibawah temaram..

Semut kecil bergerak perlahan...
disapanya rumput jalan..
bergoyang-goyang kiri ke kanan ...
berderak derak bagai rintihan...

Semut kecil termenung di sarang..
memandang langit bintang gemintang...
nikmati malam yang sunyi tenang ..
menunggu pagi yang lama datang..

Semut kecil mulai terpejam..
Seiring waktu yang tak mengenal jam...
mimpikan dunia yang damai tentram..
harapkan esok bersahut salam...







menunggu detik detik Ramadhan ...

Opera Si Super Sibuk

KODAK EASYSHARE C643

Seorang lelaki muda berjalan tergopoh-gopoh menuju masjid. Sandal jepitnya membuat bunyi-bunyian yang lucu ketika menghantam jalanan aspal yang becek. Tangan kanannya menggenggam kantong plastik berwarna hitam. Setelah mengambil wudhu, lelaki itu masuk kedalam mesjid dan mengeluarkan baju "koko" dari plastik hitam yang dibawanya yang kemudian dipakainya untuk shalat berjamaah. Aku mengenal lelaki itu. Seorang pedagang Es Campur di pojok jalan. Lima kali sehari ia selalu berjalan meninggalkan gerobak es nya menuju masjid ketika mendengar kumandang adzan.

Ya.. dia hanya seorang penjual es campur.

Lantas siapakah kita?
Orang yang selalu sibuk setiap waktu hingga terlalu sibuk untuk menyambut panggilan adzan tepat pada waktunya.

Umar bin abdul aziz, salah satu khalifah islam yang melegenda bahkan dijuluki Khulafaur Rasyidin ke 5 setelah Abu Bakar As-Shidiq, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, ketika kecil pernah menggunduli rambutnya, hanya karena pada suatu ketika ia terlambat mengikuti takbiratul ikram pada shalat berjamaah gara-gara terlalu sibuk merapikan rambutnya. Padahal hanya takbiratul ikram yang tertinggal. Sementara itu, buyutnya, Umar bin Khatab, mensodaqahkan kebunnya hanya gara-gara ia terlambat shalat berjamaah ashar karena terlalu asyik dikebunnya.

Sementara kita, orang yang selalu sibuk ini, mungkin masih berasyik masyuk dengan pekerjaan ketika adzan bahkan iqamah dikumandangkan. Atau mungkin sengaja memperlambat diri hingga tertinggal 1 atau 2 rakaat karena sedang tanggung menonton acara gosip di televisi.

Lantas Siapakah kita?
Orang yang terlalu sibuk hingga tidak memperhatikan pakaian yang pantas dikenakannya ketika menghadap-Nya.

Orang tua di betawi biasanya akan menjitak kepala anaknya kalau anaknya shalat hanya dengan menggunakan pakaian main. Bagi mereka harus dibedakan antara pakaian yang dipakai untuk shalat dan pakaian yang dipakai sehari hari. Shalatnya tetap sah memang. Tetapi mereka memandang tidak sopan kalau shalat, yang sejatinya menghadap Raja segala Raja, hanya menggunkan pakaian seadanya, padahal masih ada pakaian lain yang lebih bagus dan pantas.

Suatu hari, di jumat siang yang panas, saya melaksanakan shalat jumat di masjid belakang kantor. Setelah mencari-cari tempat yang kosong akhirnya mendapatkan tempat shalat di shaft kedua. Semilir kipas angin diatas kepala lambat laun membuat kepalaku tentunduk. Tapi itu hanya sementara, karena ketika mata ini tertuju ke bawah terlihat belahan pantat orang yang duduk persis didepanku. Pakaian dan celananya yang ketat membuat sebagian punggung bawah dan pangkal pantatnya tersingkap dan terlihat jelas oleh orang dibelakangnya. Sungguh bukan pemandangan yang enak untuk dilihat. Beginikah pakaian yang dipakai untuk menghadap seorang Raja atau Presiden? padahal yang ia temui adalah Raja dari segala Raja.

Dilain tempat saya pernah shalat berjamaah dengan sesekali menahan nafas. Pasalnya bau badan orang disamping kiri dan kanan sungguh menyengat hidung. Entah karena orang itu habis beraktifitas seharian ataupun karena bau bajunya yang setengah kering.

Padahal rasulullah melarang orang yang memakan bawang menghadiri shalat berjamaah karena dapat mengganggu jamaah yang lain karena baunya. Lantas bagaimana dengan orang yang membawa bau badan atau pakaiannya shalat berjamaah? Alangkah baiknya seandainya mereka menyegarkan dirinya sebelum shalat, tidak memakai pakaian yang berbau menyengat karena tidak terlalu kering, atau setidaknya ia memakai wewangian sebelumnya.

Maka tidak salah kalau rasulullah justru menyunahkan wewangian untuk laki-laki bukan untuk wanita karena setiap hari minimal lima kali kaum adam ini berkumpul bersama untuk shalat berjamaah.


Seandaianya setiap orang yang hendak shalat berjamaah merasa seperti hendak bertemu dengan kekasih pujaan hatinya, niscaya ia akan mempersiapkan diri sebaik mungkin, merapikan wajah dan badannya, memakai pakaian yang paling bagus dan mahal, memakai parfum yang paling wangi, dan akan selalu datang tepat waktu karena tidak ingin mengecewakan kekasihnya.

Seandainya....

Sekarang bayangkanlah berada di sebuah masjid, sedang shalat berjamaah dengan orang-orang yang berpakaian bagus dan bersih, muka orang-orang itu tampak segar layaknya orang yang baru mandi, rambutnya masih sedikit basah, dan tercium bau wewangian yang menyegarkan. Bagaimana kira-kira kualitas shalat anda bersama mereka?


Lantas Siapakah kita?
Hanya orang-orang yang sok sibuk, yang ketika mati tidak membawa apapun kecuali jasad yang terbujur kaku ...




3 Hari menjelang Ramadhan ...

Sunset At Ujung Kulon



Canon EOS 450D | EFS 18-55mm/f 3.5-5.6
Ujung Kulon, West Java

Manual Macro Photografy : Little Buddy

Kalau pada postingan sebelumnya saya menampilkan hasil fotografi makro untuk menangkap water drop atau tetesan air pada rerumputan, maka kali ini saya akan menampilkan beberapa foto hewan-hewan kecil seperti semut, serangga, dan laba-laba yang berhasil ditangkap oleh lensa makro "super" manual :D.

Setingan dan persiapannya hampir sama persis dengan setingan ketika mengambil gambar water drop. Perbedaan yang paling mendasar adalah, sekarang objeknya tidak diam. Sebenarnya pada saat memotret waterdrop objeknya tidak benar-benar diam 100%, ada faktor angin yang menggerakkan rerumputan yang otomatis membuat objek foto ikut bergerak. Akan tetapi pada kasus yang sekarang, objek memiliki kemampuan dan kesadaran untuk bergerak sendiri sekehendak hatinya. Oleh karena itu untuk dapat menangkap moment dengan baik, shuter speed harus dinaikan secepat mungkin dengan cara menaikan nilai ISO (dalam kasus ini saya set ISO ke 800), karena nilai aperture pada fotografi makro "super" manual ini sudah tak dapat diatur lagi (infinity). Memang,dengan mengeset ISO tinggi hasil foto akan terlihat sedikit bernoise, tapi ini lebih baik daripada hasil foto "blur" atau moment tidak didapatkan.


Selain itu karena objek tidak selalu berada dekat dengan permukaan tanah (bisa bergerak kemana saja), kita tidak bisa menggunakan gorillapod yang menempel pada tanah untuk mengurangi getaran. Tapi gorillapod tetap bisa digunakan dengan cara ketiga kakinya ditekankan atau ditempelkan pada dada, pundak, atau leher dengan cara membengkokan kaki-kakinya. Ini benar-benar sangat membantu untuk mengurangi getaran pada saat menekan shuter karena pada fotografi makro "super" manual ini getaran sedikitpun akan mengaburkan hasil foto. Secara sederhana, setingannya dapat digambarkan sebagi berikut :)





Before macro ...

tools: Canon EOS 450D+EF-S 55-250mm f/4-5.6 IS
object: Habitat si little buddy

Dan inilah hasilnya .....

After macro ...

tools: Canon EOS 450D+ekstension tube(use ring 2&3 only)+lensa zoom Canon EF-S 18-55 mm f/3.5-5.6+gorilapod
object: Little Buddy



LIttle Rabbit

Ngisi waktu pagi sambil nunggui sarapan, foto-foto piaraan baru adek saya di halaman belakang rumah :).




Taken By Canon EOS 450D with EF-S 55-250mm f/4-5.6 IS lense

Manual Macro Photography : Water Drop

Menyambung postingan saya sebelumya tentang fotografi makro dengan menggunakan extension tube yang murah meriah dibandingkan harus membeli lensa makro "beneren", di sini saya tampilkan beberapa hasil jepretannya yang lain. Kalau dulu saya hanya sempat mencoba tool ini di dalam ruangan dengan objek seadanya yang kebetulan ada di sekitar meja, kali ini dengan niat bulat berjongkok-jongkok di rerumputan di belakang rumah, mencoba menangkap titik-titik air di rerumputan pada pagi hari. Untuk meminimalkan goyangan kamera pada saat menjepret, saya menggunakan gorillapod, tripod pendek yang kaki-kakinya bisa disesuaikan bentuknya "semau gua." Karena menggunakan extension tube jarak lensa dan objek harus sedekat mungkun, bahkan tak jarang harus hampir menyentuh objek, untuk memotret titik-titik air ini diperlukan kehati-hatian agar lensa tidak menyenggol titik-titik air pada saat memotret. Selain itu harus benar-benar sabar pada saat memfokuskan lensa, karena pemfokusan dilakukan secara manual, pastikan benar-benar fokus pada bagian objek yang diinginkan baru menekan shuter. Berikut adalah hasil jepretannya ..


Before macro ...

tools: Canon EOS 450D+EF-S 55-250mm f/4-5.6 IS
object: tetes-tetes air di rerumputan pada pagi hari




After Macro ...

tools: Canon EOS 450D+ekstension tube(use ring 2&3 only)+lensa zoom Canon EF-S 18-55 mm f/3.5-5.6+gorilapod
object: tetes-tetes air di rerumputan pada pagi hari


Copyright © 2008 - My Lo(v/n)ely Journey - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template