Setelah seharian mengerjakan proyek di Chevron, Gunung Salak dengan kondisi alamnya yang masih sangat alami bahkan terkesan liar karena kadang masih ditemui macan hilir mudik, secara terletak di lereng gunung salak yang sekaligus tempat perusahaan air minum raksasa Aqua mendulang sumber mata air minumnya. Disambung dengan 4 hari -hampir- empat malam ngerjain proyek di kawasan industri Cikarang yang gersang, tapi kawasan industri MM2100 nya keren abis bos, kayak di luar negeri. Akhirnya, sehari setelah itu, semua keletihan ini "harus" diakhiri dengan berlibur di pulau dewata, Bali, selama 3 hari 3 malam. Semua keletihan terbayar sudah :)
Kamis 22 November 2007 perusahaan kami mengadakan Family Gathering (FamGat) tahunan di pulau dewata tepat beberapa minggu sebelum diadakannya Konfrensi internasional tentang perubahan iklim di pulau ini. Ini kedua kalinya perusahaan mengadakan FamGat di pulau seribu upacara tersebut, tetapi pertamakalinya bagi saya menginjakkan kaki di pulau yang namanya lebih terkenal daripada Indonesia itu :). Berangkat dari bandar udara Soekarno-Hatta sekitar pukul 16.07 WIB dengan menumpangi pesawat Mandala Air Class A. Terus terang ini penerbangan pertama sekaligus terbaik bagi saya. Dengan 'seat' kelas A plus pesawat yang masih tampak baru, setidaknya ketika melihat bagian dalam pesawat yang masih mulus layaknya baru keluar dari fabrikasi. Dan ternyata memang benar pesawat itu baru keluar pabriknya, dan kami adalah orang kedua yang menggunakan pesawat baru itu! Yang pertama adalah rombongan kami yang berangkat siang hari, bahkan pada saat itu sang pilot masih membuka-buka buku manual pesawat baru tersebut :)).Perjalanan Jakarta-Bali ditempuh sekitar 1.5 jam. Dari Jakarta pukul 16.07, sampai di Bali sekitar pukul 17.30 WIB atau sekitar pukul 18.30 waktu Bali karena perbedaan waktu antara jakarta-Bali sekitar satu jam. Karena perbedaan waktu ini kami sempat menikmati sunset yang indah di atas pesawat. Sesampainya di bandara I gusti ngurahrai, Bali, kami disambut oleh rangkaian bunga kemboja yang dikalungkan oleh para gadis Bali (ceile... X)) ) dari pihak Alia Travel and Tour, Tour guide yang akan memandu kami selama di Bali. Bagi masyarakat Bali bunga kamboja atau semboja merupakan bunga selamat datang yang biasanya dikalungkan di leher atau di selipkan di telinga untuk menyambut tamu, sedangkan di jakarta dan jawa bungan tersebut adalah bunga orang mati karena biasanya ditanam didaerah pekuburan. Setelah sambutan singkat itu kami langsung berangkat ke Jimbaran , tempat yang dulu menjadi sasaran peledakan bom, untuk santap malam dengan menu utama sea food. Sesampainya di Jimbaran kami disambut oleh aroma ikan bakar yang menyengat, secara hampir semua restoran di Jimbaran menyajikan menu utama seafood. Setelah mencari tempat tepat di bibir pantai seraya menikmati hembusan angin laut dan deburan ombak, tak beberapa lama kemudian satu piring besar seafood untuk setiap orang yang terdiri dari ikan, lobster, kepiting, kerang, dan lain sebagainya dihidangkan dimeja. Pertama kali mencicipi terasa nikmat, tapi karena saking banyaknya, lama-kelamaan enek juga. Akhirnya santap malam itu berakhir dengan perihnya lambung ini karena lobster. Saking semangatnya makan, saya sampai lupa bahwa akhir-akhir ini saya memiliki masalah dengan yang namanya udang-udangan, dari mulai surat udangan (undangan cing) sampai udang di Balik batu, setiap kali makan yang namanya udang lambung ini langsung melilit. Usai santap malam kami menuju Sahid hotel, hotel bintang 4 yang letaknya tepat di depan bibir pantai Kuta, tempat yang akan kami tinggali selama ada di Bali. Lokasinya cukup strategis, selain berhadapan langsung dengan pantai kuta, juga dekat dengan Legian (Lokasi bom Bali yang bersejarah) pusat perbelanjaan, restoran, dan tempat dugem di sekitar pantai Kuta.Sesampainya di hotel saya langsung menuju tempat tidur setelah sebelumnya mengunyah sebutir promag untuk menetlarisir pengaruh sang udang, dan berharap esok pagi sudah sehat kembali untuk menikmati perjalanan di pulau impian ini :).
pantai kuta di pagi hari
Jumat 23 November 2007, setelah sarapan pagi di hotel rencananya kami akan mengunjungi pure Besakih, pure terbesar yang ada di Bali kemudian disambung dengan mengunjungi Bird Park, taman burung yang menampung berbagai jenis burung yang ada di indonesia. Akan tetapi rencana tersebut berubah, karena kami yang sebagian umat muslim harus menunaikan shalat jumat diperjalanan, jadinya kami akan mengunjungi Bird Park terlebih dahulu yang jarak tempuhnya kira-kira 1.5 jam dari hotel kemudian disambung ke pure Besakih sekitar 60 km dari Denpasar, ditengah perjalanan ke pure Besakih kami akan melakukan shalat jumat disalah satu mesjid yang dilalui bis. Setelah melalui 1.5 jam menuju Bird Park yang kebanyakan diisi dengan tidur :p sampai juga kami di dunia burungnya orang Bali, tepat di depannya terletak rumah reptil tempat memajang berbagai jenis reptil. Begitu masuk ke Bird Park kami disambut oleh semprotan cairan anti flu burung yang disemprotkan oleh seorang petugas di pintu gerbang. Entah efektif atau hanya formalitas belaka, yang pasti petugas tersebut asal saja menyemprotkan cairan anti flu burung tersebut,padahal seharusnya cairan itu disemprotan pada dua telapak tangan dan kaki pengunjung yang masuk ke Bird Park. Begitu memasuki kawasan Bird Park yang pertama kali terlihat adalah burung nuri yang dibiarkan bebas bertengger di datang pohon kering dengan warna bulunya yang indah warna warni dan menggoda setiap orang yang masuk untuk mengambl gambarnya. Di Bird Park ini bertebaran berbagai jenis burung dari berbagai wiayah di indonesia. Beberapa burung di biarkan di alam bebas tanpa kurungan seperti burung nuri yang pertama kali dijumpai, flaminggo dan lain sebagaianya, sebagian lagi di kurung berdasarkan daerah asal si burung. Ada pengalaman menarik tentang burung flaminggo dalam kehidupan masa kecil saya, semenjak kecil saya hanya sempat melihat burung ini dari buku abjad tentang binatang, huruf "F" diwakili oleh burung Flaminggo, burung berwarna merah muda dengan kaki yang panjang dan biasanya mengangkat salah satu kakinya, sehinga ketika main tebak-tebakan tentang nama hewan yang di mulai dengan huruf F(Huruf awal yang cukup jarang dan sulit untuk nama binatang), saya selalu bisa menjawab dengan burung Flamingo! Lucunya saya belum pernah melihat secara langsung burung tersebut sampai ketika saya ada di Bird Park ini. Di tempat lain ada beberapa burung nuri dengan warnanya yang indah yang dikhususkan untuk foto bersama, ada fotografer yang dikhususkan di sana bagi orang orang yang ingin berfoto bersama dengan burung, cukup dengan membayar Rp50.000 kita bisa berfoto bersama burung dengan dan langsung mendapatkan print outnya atau disablon ke sebuah kaos. Atau kalau kita membawa kamera sendiri kita bisa berfoto dengan burung tersebut secara gratis.Sekitar jam 10 pagi diadakan atraksi burung di lapangan di lokasi Bird Park, berbagai jenis burung di tampilkan di sana dari mulai burung rangkok dengan paruhnya yang besar, burung nuri, hingga bebek yang sebenarnya termasuk jenis unggas, bukan burung. Awalnya saya mengira atraksi yang akan ditampilkan disana seperti atraksi burung yang ada di ancol, tapi ternyata tidak demikian. Burung dalam atraksi itu hanya terbang kesana kemari sesuai dengan perintah sang pawang.Bagi yang merasa lapar dan haus atau ingin membeli cindera mata dari Bird Park, tersedia restoran dan toko souvenir di dalam area Bird Park.
burung di bird park
Usai kunjungan ke Bird Park, perjalanan dilanjutkan sesuai rencana yaitu ke pure Besakih. Di tengah perjalanan, bagi kami yang sebagian umat muslim menunaikan shalat jumat di masjid yang di lalui jalur bis. Ketika sampai di masjid, waktu sudah menunjukkan pukul 12.20 waktu Bali, dan khotib jumat hampir menyudahi khutbahnya. Setelah menunaikan shalat jumat dan menjama shalat ashar perjalanan di lanjutkan kembali. Jalur yang ditempuh untuk menuju ke pure terbesar di Bali ini melalui area pegunungan yang disebut Bukit Jambul dengan pemandangan alam pegunungannya yang asri. Sesekali terlihat beberapa "ikan duyung" yang sedang mandi di sungai. Ikan duyung, itulah yang dikatakan oleh pemandu kami mengenai masyarakat Bali yang masih biasa mandi di sungai sungai tanpa sehelai kainpun, baik lelaki maupun perempuan. Sayangnya yang kami temui di jalan kebanyakan adalah "ikan duyung" laki-laki :d, malah ada diantaranya yang langsung berpose sewaktu kami tonton (hoek). Di area sekitar Bukit Jambul, kami berhenti sejenak untuk santap siang di salah satu restoran. Pemandangan dari tempat ini sangat indah, di halaman depan dan samping restoran kami dapat menatap ke sekeliling yang berupa lembah dan pegunungan Bukit Jambul.
pemandangan di area sekitar bukit jambul
Setelah santap siang yang diakhiri dengan kembungnya lambung ini kembali. Saya tidak tahu apa yang menyebabkannya, kemungkinan besar ada diantara makanan tersebut yang mengandung udang-udangan yang tidak saya sadari. Akhirnya perjalanan dilanjutkan dengan membawa rasa melilit di lambung. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam kami tiba di pure Besakih. Bis yang kami tumpangi tidak bisa mengantarkan kami sampai di depan pure Besakih. Bis harus diparkir di area parkir yang jaraknya kira-kira 700 m dari pure Besakih. Perjalanan selanjutnya dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau naik ojek yang sudah "mangkal" di sekitar area parkir kendaraan. Akhirnya sebagian besar dari kami memutuskan untuk naik ojek sampai ke depan pure. Sepanjang jalan antara pelataran parkir dan pure Besakih berjejer toko-toko yang menawarkan berbagai cendramata dan kain tenun khas Bali. Setelah sampai di depan pure saya baru menyadari bahwa pure Besakih itu merupakan kompleks pure. Di dalamnya terdapat pure pure lainnya yang lebih kecil dengan namanya masin-masing, sedangkan pure Besakihnya sendiri terletak di ujung di tempat yang paling tinggi. Karena waktu itu sedang diadakan upacara di pure Besakih akhirnya kami harus puas berhenti sampai ujung tangga paling tinggi di pure itu tanpa bisa masuk ke dalam purenya. Waktu itu pure Besakih katanya sedang mengalami polemik sebagai cagar budaya. Dikatakan polemik karena secara kemegahannya pure ini memang layak di jadikan cagar budaya, akan tetapi disisi lain masyarakat Bali banyak yang menolak pengukuhan tersebut karena khawatir kalau-kalau dengan pengukuhan ini akses masyarakat Bali untuk beribadah ke pure terbesar ini jadi terbatasi. Ada satu hal yang agak mengganggu di pure ini. Banyak anak-anak yang berkeliaran di pure ini sambil membawa bunga yang kalau kita tidak hati-hati anak-anak itu akan menyelipkannya di tangan kita, dan ini berarti kita harus memberikan uang kepada mereka. Memang jumlah yang mereka minta tidak seberapa,akan tetapi jika terus menerus ada juga perasaan teranggu di hati ini. Usai berkeliling kompleks pure dan mengambil beberapa gambar dengan kamera digital rencananya kami akan langsung kembali ke Denpasar dan santap malam di Planet Hollywood. Akan tetapi karena waktu itu masih agak sore, diperjalanan kami menyempatkan diri mampir ke tempat oleh oleh jajanan khas bali, Maha Dewi, dan membeli beberapa jajanan khas Bali untuk oleh oleh ke Jakarta kelak. Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke Planet Hollywood untuk santap malam dengan diiringi oleh Live Music dan diakhiri dengan kembali ke hotel yang terletak tidak terlalu jauh darinya.
Esok harinya tour dilanjutkan ke pantai Tanjung Benoa, tempat berbagai macam permainan air, di Nusa Dua tempat yang sekarang di jadikan tempat UN Climate Change Conference 2007. Disana sini terlihat pembenahan yang dilakukan untuk mempersiapkan konfrensi ini, bahkan hampir semua hotel bintang 5 dan bintang 4 di Nusa Dua sudah di booking semuanya untuk keperluan konfrensi internasional itu. Sesampainya dilokasi kami langsung di suguhi daftar menu yang isinya permainan-permainan air yang tersedia, dari mulai bana boat, jetsky, flying fish, hingga diving. Secara semua permainan di disana pembayarannya ditanggung oleh kantor, dengan senang hati saya memilih untuk berdiving ria. Diving selama satu jam kala itu kalau tak salah sekitar 300 ribu perorang plus foto dan video dokumentasi. Setelah brifing dan pengenalan alat sebentar kami langsung menuju laut untuk berdiving ria. Kesan pertama berdiving "WoW!", it's my first experience !. Sesaat setelah masuk ke dalam air nafas masih tidak teratur, gelembung-gelembung oksigen keluar besar-besar. Telinga terasa sakit karena tekanan di dalam air, tapi saya segera ingat pesan sang pemandu bahwa kalau telinga terasa sakit, cukup tutp hidung dan meniup sekeras-kerasnya lewat hidung sehingga ada tekanan balik ke telinga, dan ternyata ya, it's work dude! Lama kelamaan saya sudah mulai terbiasa dan bisa menikmati keindahan bawah laut, keindahan terumbu karang, meskipun sebagian sudah rusak tapi masih dapat dinikmati, beserta seliweran hilir-mudik ikan ikan laut yang berwarna-warni. Tapi anehnya, meskipun ini pengalaman pertama, tak ada rasa takut atau was-was sedikitpun di hati ini, laut sepertinya sangat bersahabat sekali, tidak ada rasa takut tenggelam atau apapun juga padahal kemampuan berenang saya pas pasan (pas gerak-pas tenggelam, wakakak). Ada satu hal tentang diving ini yang mesti diingat oleh yang mau berdiving, Jangan berdiving jika pada hari itu akan naik pesawat! Karena, katanya, oksigen yang digunakan untuk diving itu adalah oksigen murni yang dapat mengembang bahkan pecah jika ada perbedaan tekanan. Kebayangkan kalo setelah diving kita naik pesawat terbang, bisa bisa paru-paru kita meledak diudara :p. Makanya jika kita akan berdiving ria biasanya kita ditanya terlebih dahulu apakah pada hari itu kita akan naik pesawat atau tidak.
Setelah kira kira satu jam dan setelah mengalami keram kaki di bawah laut, kami naik kembali ke permukaan. Puas sudah. Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, karena masih ada sisa waktu untuk bersenang senang, saya memutuskan untuk berjalan-jalan ke pulau penyu dengan perahu motor. Pulau tempat penangkaran penyu, dan beberapa hewan lainnya, pulau yang indah, jauh dari keramaian, dan menurut saya scenarynya sangat bagus untuk fotografi. Di pulau ini kita dapat berfoto dengan penyu, ular, dan beberapa hewan lainnya, cukup mengasyikan.
scenary di sekitar pulau penyu
Setelah dari pulau penyu, kami kembali ke tanjung benoa untuk santap siang disana. Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke Joger, toko pakaian dengan pabrik kata-katanya yang tersohor, untuk berburu pakaian "jeleknya" Joger karenan kata Joger "Pakaian yang di jual adalah pakaian jelek soalnya yang bagus di pakai sendiri, tapi bagus kata saya belum tentu bagus buat anda, dan jelek buat saya belum tentu jelek buat anda". Sesampainya di joger kami disambut dengan salam khas Joger "Good Morning, Selamat Pagi!", padahal waktu itu sudah sore. Kalau anda tanyakan ke Joger tentang salam itu, Joger hanya menjawab "Dimanapun, kapanpun, mau pagi, siang, atau sore, yang namanya 'Good Morning' itu kalau di terjemahkan ya 'Selamat Pagi'!" heheu .. aya-aya wae :). Setelah berburu kaus joger kami beranjak ke Jimbaran untuk berburu sunset, sekaligus makan malam dengan seafood lagi. Tapi berhubung saya kapok dengan yang namanya sea food yang selalu ada lobsternya, untuk makan malam ini saya minta perkecualian dengan makanan non seafood. Sesampainya di Jimbaran matahari sudah hampir tenggelam, tetapi sebelum "nyungseb" beneran saya sempat mengambil beberapa potret dirinya :)).
Sesudah kenyang, kami langsung kembali ke hotel dan segera tidur karena esoknya pagi-pagi sekali sekitar jam 7 pagi kami harus checkout dari hotel kemudian menuju ke pasar Sokawati, terus ke Bali Classic center (BCC), dan langsung ke bandara I Gusti Ngurahrai untuk kembali ke Jakarta.
Keesokan harinya tak ada yang benar-benar menarik selain berbelanja cindramata untuk oleh oleh, terus makan siang dan melihat pertunjukkan tari bali di BCC, plus dua buah pisau lipat saya di tahan dibandara gara-gara lupa dimasukan ke dalam koper, padahal cukup buat menyandera pilot dan para pramugarinya yang cakep :d. Dan akhirnya, last but really last, cabut dari bali dengan lautnya yang biru kembali ke Jakarta dengan polusinya :)
Selamat tinggal Bali ... Senang sekali bisa mengambil potret dirimu ...
Nice to meet you ...see you again :))
*pelesiran/jalan-jalan