Li Jia Tong, rektor Universitas Ji Nan, sejak lahir dihinggapi kesepian demi kesepian, hingga tak sanggup memperingati hari ibu. Tak lama setelah lahir, yang ia tahu ia dibuang ibunya. Tiap kali peringatan hari ibu, ia kesepian dan tidak leluasa, karena dimana-mana orang melantunkan lagu tentang kasih ibu.
Li Jia Tong, tidak bisa meresapi lagu-lagu itu. Setelah sebulan lebih dilahirkan ia ia ditemukan di stasiun kereta api Xin Zhu. Ia kemudian diserahkan pada panti asuhan. Hingga dewasa ia tak pernah melihat ibunya. Di panti sebagian anak masih punya keluarga. “Dalam perayaan tertentu banyak sanak saudara yang datang menjemput. Sedang saya, dimana rumah saya pun saya tidak tahu,” ujarnya.
Karena cerdas Li Jia Tong lolos jurusan arsitektur Universitas Xin Zhu. Ia menyelesaikan kuliah sambil bekerja sambilan. Saat wisuda orang tua mahasiswa lain berdatangan, sedang keluarga satu-satunya yang hadir adalah pengasuhnya di panti asuhan. Sejak kelas 4 SD, ia melarikan kesepian pada berbagai pintu, berlatih piano, mengikuti lomba pidato, mengikuti lomba debat, namun kesepiannya tidaklah tersembuhkan.
Di panti ia tidak pernah mendapatkan peran penting dalam peringatan hari ibu. “Walau suka memainkan piano, tapi saya punya prinsip, tak akan memainkan lagi-lagu hari ibu, kecuali jika dipaksa, itupun tetap saja tak akan saya mainkan atas keinginan sendiri,”ujar Li Jia tong hampa.”Kadang saya berpikr siapa ibu saya? Saat membaca novel saya menebak saya anak haram, ayah meninggalkan ibu dan ibu yang masih muda akhirnya membuang saya.”
Kesepian mengikuti ibarat bayang-bayang hingga suatu ketika ia menemukan jawabannya, ketika menyisiri latar belakang ibunya. Dari hasil penelusurannya tentang ibunya diketaui bahwa ibunya pekerja kasar yang amat miskin, yang dengan sangat terpaksa meninggalkannya di stasiun, karena khawatir anaknya menjadi korban pukulan ayahnya. Semua ia ketahui dari penuturan kepala sekolah tempat ibunya bekerja sebagai tenaga pembersih, karena ketika itu ibunya sudah meninggal. Ia mendapat amplop yang disimpan ibunya, berisi foto ketika ia diwisuda, juga foto usang beberapa ibu kaya yang menyumbang panti asuhan tempat ia dirawat. Rupanya sang ibu yang terus mengikuti perkembangan Li Jia Tong berhasil membujuk ibu-ibu kaya untuk menyumbang panti itu. Dalam foto tampak pula ibunya. Li Jia Tong bergidik mengetahui betapa detil ibunya mengikuti perkembangan dirinya, dan betapa ia saat itu berada pula dalam foto itu, masih kanak-kanak. Amplop itu juga berisi tiket-tiket perjalanan dari kota kecil tempat ibunya tinggal, menuju kecamatan Bao Shan kabupaten Xin Zhu, tempat panti berada. Kepala sekolah memberitahu, bahwa setiap pulang dari sana, sang ibu terlihat sangat riang.
Kepala sekolah juga berkata, “Kamu seharusnya berterimakasih pada ibumu. Dia membuangmu demi mencarikan lingkungan lebih baik. Jika kamu tetap tinggal disini, bisa-bisa kamu hanya lulus SMP, lalu pergi ke kota mencari kerja. Di sini hampir tidak ada yang mengecap pendidikan SMU. Lebih gawatnya, juka kamu tidak tahan terhadap pukulan dan amarah ayahmu tiap hari, bisa-bisa kamu seperti kakakmu yang kabur dari rumah dan tak pernah kembali lagi.”
Usai mendengar semua itu, Li Jia Tong tiba-tiba tergerak melakukan sesuatu. Ia membuka tutup piano dan menghadap metahari di luar jendela,memainkan satu persatu lagu tentang ibu. “Prinsip yang saya telah tetapkan telah lenyap. Saya bukan saja bsa memainkan lagu peringatan hari ibu, tapi saya bisa menyanyikannya. Kepala sekolah dan para guru juga ikut bernyanyi. Suara piano tersebar ke seluruh sekolah dan berkumandang sampai ke lembah. Di senja hari ini,penduduk kota kecil ini akan bertanya,”Kenapa ada oran memainkan lagu tentang ibu?” Bagi saya ini adalah hari ibu.
(Di kutip dari majalah Tarbawi edisi 152, dengan perubahan seperlunya)
Beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari cerita diatas yaitu:
1. Sekali lagi dunia membuktikan bahwa bahwa kasih ibu itu sepanjang jalan, seorang ibu sejauh apapun jarak yang memisahkan dengan anaknya, ia akan berusaha berbuat demi kebahagiaan anaknya.
2. Tidak selayaknya kita berburuk sangka dan berprilaku buruk terhadap kedua orang tua kita, terutama ibu, hanya karena terkadang mereka membuat kita kesal, percayalah semarah apapun seorang ibu, serewel apapun seorang ibu, dihatinya ia selalu memikirkan kebaikan anaknya.
3. Seorang ibu akan ikut abahagia ketika mengetahui anaknya bahagia, sebaiknya ia akan iku t bersedih ketika mengetahui anaknya tidak bahagia. Oleh karenanya, jangan sekali-kali membawa muka masam dan muram ketika bertemu dengan orang tua kiat terutama ibumu, ucapkanlah hal-hal yang baik-baik, tunjukanlah muka ceriamu, buatlah hati kedua oran tuamu tersenyum ketika melihatmu.
4. Sudah selayaknya kita bersyukur bahwa kita dilahirkan dalam keluarga yang harmonis dan berkecukupan sehingga tidak harus mengalami apa yang dialami ole Li Jia Tong
Suda sepatutnya kita memanfaatkan karunia yang diberikan tuhan berupa keluarga yang harrmonis dan berkecukuapan secara finansial untuk melakukan prestasi demi prestasi dalam hidup ini, lihatlah Li Jia Tong yang berhasil menjadi seorang rektor dengan usahanya sendiri, tanpa ada dukungan dukungan keluarganya sedikitpun,bahkan dalam kondisi tidak tahu menahu tentang asal usulnya.
5. Berbaktilah kepada kedua orang tuamu selagi mereka masih hidup, dan janganlah menyakiti hati keduanya sekalipun juga. Lihatlah Li Jia Tong dalam kisah di atas yang hanya bisa mempersembahkan nyanyian tentang ibu, itupun setelah ibunya tiada. Kita tentu tidak harus seperti dia selagi kedua orang tua kita masih ada disamping kita.
6. ..... tambahkan sesuai pemahamanmu terhadap kisah di atas :)
Li Jia Tong, tidak bisa meresapi lagu-lagu itu. Setelah sebulan lebih dilahirkan ia ia ditemukan di stasiun kereta api Xin Zhu. Ia kemudian diserahkan pada panti asuhan. Hingga dewasa ia tak pernah melihat ibunya. Di panti sebagian anak masih punya keluarga. “Dalam perayaan tertentu banyak sanak saudara yang datang menjemput. Sedang saya, dimana rumah saya pun saya tidak tahu,” ujarnya.
Karena cerdas Li Jia Tong lolos jurusan arsitektur Universitas Xin Zhu. Ia menyelesaikan kuliah sambil bekerja sambilan. Saat wisuda orang tua mahasiswa lain berdatangan, sedang keluarga satu-satunya yang hadir adalah pengasuhnya di panti asuhan. Sejak kelas 4 SD, ia melarikan kesepian pada berbagai pintu, berlatih piano, mengikuti lomba pidato, mengikuti lomba debat, namun kesepiannya tidaklah tersembuhkan.
Di panti ia tidak pernah mendapatkan peran penting dalam peringatan hari ibu. “Walau suka memainkan piano, tapi saya punya prinsip, tak akan memainkan lagi-lagu hari ibu, kecuali jika dipaksa, itupun tetap saja tak akan saya mainkan atas keinginan sendiri,”ujar Li Jia tong hampa.”Kadang saya berpikr siapa ibu saya? Saat membaca novel saya menebak saya anak haram, ayah meninggalkan ibu dan ibu yang masih muda akhirnya membuang saya.”
Kesepian mengikuti ibarat bayang-bayang hingga suatu ketika ia menemukan jawabannya, ketika menyisiri latar belakang ibunya. Dari hasil penelusurannya tentang ibunya diketaui bahwa ibunya pekerja kasar yang amat miskin, yang dengan sangat terpaksa meninggalkannya di stasiun, karena khawatir anaknya menjadi korban pukulan ayahnya. Semua ia ketahui dari penuturan kepala sekolah tempat ibunya bekerja sebagai tenaga pembersih, karena ketika itu ibunya sudah meninggal. Ia mendapat amplop yang disimpan ibunya, berisi foto ketika ia diwisuda, juga foto usang beberapa ibu kaya yang menyumbang panti asuhan tempat ia dirawat. Rupanya sang ibu yang terus mengikuti perkembangan Li Jia Tong berhasil membujuk ibu-ibu kaya untuk menyumbang panti itu. Dalam foto tampak pula ibunya. Li Jia Tong bergidik mengetahui betapa detil ibunya mengikuti perkembangan dirinya, dan betapa ia saat itu berada pula dalam foto itu, masih kanak-kanak. Amplop itu juga berisi tiket-tiket perjalanan dari kota kecil tempat ibunya tinggal, menuju kecamatan Bao Shan kabupaten Xin Zhu, tempat panti berada. Kepala sekolah memberitahu, bahwa setiap pulang dari sana, sang ibu terlihat sangat riang.
Kepala sekolah juga berkata, “Kamu seharusnya berterimakasih pada ibumu. Dia membuangmu demi mencarikan lingkungan lebih baik. Jika kamu tetap tinggal disini, bisa-bisa kamu hanya lulus SMP, lalu pergi ke kota mencari kerja. Di sini hampir tidak ada yang mengecap pendidikan SMU. Lebih gawatnya, juka kamu tidak tahan terhadap pukulan dan amarah ayahmu tiap hari, bisa-bisa kamu seperti kakakmu yang kabur dari rumah dan tak pernah kembali lagi.”
Usai mendengar semua itu, Li Jia Tong tiba-tiba tergerak melakukan sesuatu. Ia membuka tutup piano dan menghadap metahari di luar jendela,memainkan satu persatu lagu tentang ibu. “Prinsip yang saya telah tetapkan telah lenyap. Saya bukan saja bsa memainkan lagu peringatan hari ibu, tapi saya bisa menyanyikannya. Kepala sekolah dan para guru juga ikut bernyanyi. Suara piano tersebar ke seluruh sekolah dan berkumandang sampai ke lembah. Di senja hari ini,penduduk kota kecil ini akan bertanya,”Kenapa ada oran memainkan lagu tentang ibu?” Bagi saya ini adalah hari ibu.
(Di kutip dari majalah Tarbawi edisi 152, dengan perubahan seperlunya)
Beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari cerita diatas yaitu:
1. Sekali lagi dunia membuktikan bahwa bahwa kasih ibu itu sepanjang jalan, seorang ibu sejauh apapun jarak yang memisahkan dengan anaknya, ia akan berusaha berbuat demi kebahagiaan anaknya.
2. Tidak selayaknya kita berburuk sangka dan berprilaku buruk terhadap kedua orang tua kita, terutama ibu, hanya karena terkadang mereka membuat kita kesal, percayalah semarah apapun seorang ibu, serewel apapun seorang ibu, dihatinya ia selalu memikirkan kebaikan anaknya.
3. Seorang ibu akan ikut abahagia ketika mengetahui anaknya bahagia, sebaiknya ia akan iku t bersedih ketika mengetahui anaknya tidak bahagia. Oleh karenanya, jangan sekali-kali membawa muka masam dan muram ketika bertemu dengan orang tua kiat terutama ibumu, ucapkanlah hal-hal yang baik-baik, tunjukanlah muka ceriamu, buatlah hati kedua oran tuamu tersenyum ketika melihatmu.
4. Sudah selayaknya kita bersyukur bahwa kita dilahirkan dalam keluarga yang harmonis dan berkecukupan sehingga tidak harus mengalami apa yang dialami ole Li Jia Tong
Suda sepatutnya kita memanfaatkan karunia yang diberikan tuhan berupa keluarga yang harrmonis dan berkecukuapan secara finansial untuk melakukan prestasi demi prestasi dalam hidup ini, lihatlah Li Jia Tong yang berhasil menjadi seorang rektor dengan usahanya sendiri, tanpa ada dukungan dukungan keluarganya sedikitpun,bahkan dalam kondisi tidak tahu menahu tentang asal usulnya.
5. Berbaktilah kepada kedua orang tuamu selagi mereka masih hidup, dan janganlah menyakiti hati keduanya sekalipun juga. Lihatlah Li Jia Tong dalam kisah di atas yang hanya bisa mempersembahkan nyanyian tentang ibu, itupun setelah ibunya tiada. Kita tentu tidak harus seperti dia selagi kedua orang tua kita masih ada disamping kita.
6. ..... tambahkan sesuai pemahamanmu terhadap kisah di atas :)
1 comments:
hi, angin-pagi.blogspot.com!
[url=http://viagradef.fora.pl/] viagra bestellen online[/url] [url=http://viagradee.fora.pl/] viagra bestellen [/url] [url=http://cialisdea.fora.pl/] cialis bestellen rezeptfrei[/url] [url=http://cialisdeb.fora.pl/] cialis bestellen online[/url] [url=http://cialisdec.fora.pl/] cialis bestellen [/url] [url=http://cialisded.fora.pl/] cialis kaufen rezeptfrei[/url]
Post a Comment