Seorang lelaki muda berjalan tergopoh-gopoh menuju masjid. Sandal jepitnya membuat bunyi-bunyian yang lucu ketika menghantam jalanan aspal yang becek. Tangan kanannya menggenggam kantong plastik berwarna hitam. Setelah mengambil wudhu, lelaki itu masuk kedalam mesjid dan mengeluarkan baju "koko" dari plastik hitam yang dibawanya yang kemudian dipakainya untuk shalat berjamaah. Aku mengenal lelaki itu. Seorang pedagang Es Campur di pojok jalan. Lima kali sehari ia selalu berjalan meninggalkan gerobak es nya menuju masjid ketika mendengar kumandang adzan.
Ya.. dia hanya seorang penjual es campur.
Lantas siapakah kita?
Orang yang selalu sibuk setiap waktu hingga terlalu sibuk untuk menyambut panggilan adzan tepat pada waktunya.
Umar bin abdul aziz, salah satu khalifah islam yang melegenda bahkan dijuluki Khulafaur Rasyidin ke 5 setelah Abu Bakar As-Shidiq, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, ketika kecil pernah menggunduli rambutnya, hanya karena pada suatu ketika ia terlambat mengikuti takbiratul ikram pada shalat berjamaah gara-gara terlalu sibuk merapikan rambutnya. Padahal hanya takbiratul ikram yang tertinggal. Sementara itu, buyutnya, Umar bin Khatab, mensodaqahkan kebunnya hanya gara-gara ia terlambat shalat berjamaah ashar karena terlalu asyik dikebunnya.
Sementara kita, orang yang selalu sibuk ini, mungkin masih berasyik masyuk dengan pekerjaan ketika adzan bahkan iqamah dikumandangkan. Atau mungkin sengaja memperlambat diri hingga tertinggal 1 atau 2 rakaat karena sedang tanggung menonton acara gosip di televisi.
Lantas Siapakah kita?
Orang yang terlalu sibuk hingga tidak memperhatikan pakaian yang pantas dikenakannya ketika menghadap-Nya.
Orang tua di betawi biasanya akan menjitak kepala anaknya kalau anaknya shalat hanya dengan menggunakan pakaian main. Bagi mereka harus dibedakan antara pakaian yang dipakai untuk shalat dan pakaian yang dipakai sehari hari. Shalatnya tetap sah memang. Tetapi mereka memandang tidak sopan kalau shalat, yang sejatinya menghadap Raja segala Raja, hanya menggunkan pakaian seadanya, padahal masih ada pakaian lain yang lebih bagus dan pantas.
Suatu hari, di jumat siang yang panas, saya melaksanakan shalat jumat di masjid belakang kantor. Setelah mencari-cari tempat yang kosong akhirnya mendapatkan tempat shalat di shaft kedua. Semilir kipas angin diatas kepala lambat laun membuat kepalaku tentunduk. Tapi itu hanya sementara, karena ketika mata ini tertuju ke bawah terlihat belahan pantat orang yang duduk persis didepanku. Pakaian dan celananya yang ketat membuat sebagian punggung bawah dan pangkal pantatnya tersingkap dan terlihat jelas oleh orang dibelakangnya. Sungguh bukan pemandangan yang enak untuk dilihat. Beginikah pakaian yang dipakai untuk menghadap seorang Raja atau Presiden? padahal yang ia temui adalah Raja dari segala Raja.
Dilain tempat saya pernah shalat berjamaah dengan sesekali menahan nafas. Pasalnya bau badan orang disamping kiri dan kanan sungguh menyengat hidung. Entah karena orang itu habis beraktifitas seharian ataupun karena bau bajunya yang setengah kering.
Padahal rasulullah melarang orang yang memakan bawang menghadiri shalat berjamaah karena dapat mengganggu jamaah yang lain karena baunya. Lantas bagaimana dengan orang yang membawa bau badan atau pakaiannya shalat berjamaah? Alangkah baiknya seandainya mereka menyegarkan dirinya sebelum shalat, tidak memakai pakaian yang berbau menyengat karena tidak terlalu kering, atau setidaknya ia memakai wewangian sebelumnya.
Maka tidak salah kalau rasulullah justru menyunahkan wewangian untuk laki-laki bukan untuk wanita karena setiap hari minimal lima kali kaum adam ini berkumpul bersama untuk shalat berjamaah.
Seandaianya setiap orang yang hendak shalat berjamaah merasa seperti hendak bertemu dengan kekasih pujaan hatinya, niscaya ia akan mempersiapkan diri sebaik mungkin, merapikan wajah dan badannya, memakai pakaian yang paling bagus dan mahal, memakai parfum yang paling wangi, dan akan selalu datang tepat waktu karena tidak ingin mengecewakan kekasihnya.
Seandainya....
Sekarang bayangkanlah berada di sebuah masjid, sedang shalat berjamaah dengan orang-orang yang berpakaian bagus dan bersih, muka orang-orang itu tampak segar layaknya orang yang baru mandi, rambutnya masih sedikit basah, dan tercium bau wewangian yang menyegarkan. Bagaimana kira-kira kualitas shalat anda bersama mereka?
Lantas Siapakah kita?
Hanya orang-orang yang sok sibuk, yang ketika mati tidak membawa apapun kecuali jasad yang terbujur kaku ...
3 Hari menjelang Ramadhan ...
Ya.. dia hanya seorang penjual es campur.
Lantas siapakah kita?
Orang yang selalu sibuk setiap waktu hingga terlalu sibuk untuk menyambut panggilan adzan tepat pada waktunya.
Umar bin abdul aziz, salah satu khalifah islam yang melegenda bahkan dijuluki Khulafaur Rasyidin ke 5 setelah Abu Bakar As-Shidiq, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, ketika kecil pernah menggunduli rambutnya, hanya karena pada suatu ketika ia terlambat mengikuti takbiratul ikram pada shalat berjamaah gara-gara terlalu sibuk merapikan rambutnya. Padahal hanya takbiratul ikram yang tertinggal. Sementara itu, buyutnya, Umar bin Khatab, mensodaqahkan kebunnya hanya gara-gara ia terlambat shalat berjamaah ashar karena terlalu asyik dikebunnya.
Sementara kita, orang yang selalu sibuk ini, mungkin masih berasyik masyuk dengan pekerjaan ketika adzan bahkan iqamah dikumandangkan. Atau mungkin sengaja memperlambat diri hingga tertinggal 1 atau 2 rakaat karena sedang tanggung menonton acara gosip di televisi.
Lantas Siapakah kita?
Orang yang terlalu sibuk hingga tidak memperhatikan pakaian yang pantas dikenakannya ketika menghadap-Nya.
Orang tua di betawi biasanya akan menjitak kepala anaknya kalau anaknya shalat hanya dengan menggunakan pakaian main. Bagi mereka harus dibedakan antara pakaian yang dipakai untuk shalat dan pakaian yang dipakai sehari hari. Shalatnya tetap sah memang. Tetapi mereka memandang tidak sopan kalau shalat, yang sejatinya menghadap Raja segala Raja, hanya menggunkan pakaian seadanya, padahal masih ada pakaian lain yang lebih bagus dan pantas.
Suatu hari, di jumat siang yang panas, saya melaksanakan shalat jumat di masjid belakang kantor. Setelah mencari-cari tempat yang kosong akhirnya mendapatkan tempat shalat di shaft kedua. Semilir kipas angin diatas kepala lambat laun membuat kepalaku tentunduk. Tapi itu hanya sementara, karena ketika mata ini tertuju ke bawah terlihat belahan pantat orang yang duduk persis didepanku. Pakaian dan celananya yang ketat membuat sebagian punggung bawah dan pangkal pantatnya tersingkap dan terlihat jelas oleh orang dibelakangnya. Sungguh bukan pemandangan yang enak untuk dilihat. Beginikah pakaian yang dipakai untuk menghadap seorang Raja atau Presiden? padahal yang ia temui adalah Raja dari segala Raja.
Dilain tempat saya pernah shalat berjamaah dengan sesekali menahan nafas. Pasalnya bau badan orang disamping kiri dan kanan sungguh menyengat hidung. Entah karena orang itu habis beraktifitas seharian ataupun karena bau bajunya yang setengah kering.
Padahal rasulullah melarang orang yang memakan bawang menghadiri shalat berjamaah karena dapat mengganggu jamaah yang lain karena baunya. Lantas bagaimana dengan orang yang membawa bau badan atau pakaiannya shalat berjamaah? Alangkah baiknya seandainya mereka menyegarkan dirinya sebelum shalat, tidak memakai pakaian yang berbau menyengat karena tidak terlalu kering, atau setidaknya ia memakai wewangian sebelumnya.
Maka tidak salah kalau rasulullah justru menyunahkan wewangian untuk laki-laki bukan untuk wanita karena setiap hari minimal lima kali kaum adam ini berkumpul bersama untuk shalat berjamaah.
Seandaianya setiap orang yang hendak shalat berjamaah merasa seperti hendak bertemu dengan kekasih pujaan hatinya, niscaya ia akan mempersiapkan diri sebaik mungkin, merapikan wajah dan badannya, memakai pakaian yang paling bagus dan mahal, memakai parfum yang paling wangi, dan akan selalu datang tepat waktu karena tidak ingin mengecewakan kekasihnya.
Seandainya....
Sekarang bayangkanlah berada di sebuah masjid, sedang shalat berjamaah dengan orang-orang yang berpakaian bagus dan bersih, muka orang-orang itu tampak segar layaknya orang yang baru mandi, rambutnya masih sedikit basah, dan tercium bau wewangian yang menyegarkan. Bagaimana kira-kira kualitas shalat anda bersama mereka?
Lantas Siapakah kita?
Hanya orang-orang yang sok sibuk, yang ketika mati tidak membawa apapun kecuali jasad yang terbujur kaku ...
3 Hari menjelang Ramadhan ...
0 comments:
Post a Comment