Orang yang sudah cukup lama tinggal di dunia ini pasti mengenal yang namanya joki (kalo ngga kenal, ngga gaul amat si lo !)
Joki?
Setidaknya ada beberapa definisi dari joki:
1. Orang yang mencari nafkah dari menunggang kuda
2. Orang yang mencari nafkah dari hingar-bingar Seleksi Ujian Masuk Perguruan Tinggi
3. Orang yang mencari nafkah dari menumpang mobil orang
Joki yang pertama kita sering melihatnya di pacuan kuda, kalo dulu sering nonton anime makibaaao, kuda putih yang mirip anjing, nah yang dimaksud dengan joki itu adalah orang yang duduk diatas punggung kuda, orang yang mulut dan lubang idungnya gede.
joki yang kedua dikenal sebagai "bintang" pada saat Ujian Masuk pergruan tinggi, orang yang dianggap penjahat oleh sebagian orang tapi dianggap pahlawan oleh "sebagian orang" lainnya. Inilah joki yang sering menjadi bahan berita yang menghiasi layar tipi pas SPMB kemaren. Modalnya cuma dua, cukup punya otak encer dan nyali gede. Jaman dulu joki kayak gini katanya menjamur tiap mau SPMB, dan jarang ketahuan sama pengawas ujian. Tapi kalo sekarang kayaknya jangan harap deh ... salah-salah muka kita bisa di pajang beberapa hari di layar kaca.
Kalo joki yang ketiga biasa dikenal dengan sebutan joki 3-in-1. Orang yang udah lama tinggal di jakarta pasti kenal dengan joki yang satu ini. Satu-satunya profesi yang hanya ada di indonesia,khususnya di kota jakarta sekitar jalan sudirman,thamrin, dan sebagian jalan gatot subroto, berkah dari peraturan pemerintah yang mengharuskan kendaraan beroda empat pada jam-jam tertentu harus berisi minimal 3 orang, kalo kurang dari 3 orang mendingan jangan berani-berani lewat ketiga jalan itu pada jam-jam tertentu kecuali kalo mau berbagi rejeki dengan polisi :).
Nah joki yang ketiga inilah sering saya lihat di jalanan kota jakarta. Kebetulan kantorku terletak di jalan Prof.Dr.Satrio, orang mengenalnya jalan casablanca padahal itu jalan terusannya, atau biasa juga di sebut jalan baru. Sekitar jam 4 -5 sore banyak orang yang berprofesi joki ini berjejer di jalan Dr.Satrio ini, maklum jalan ini salah satu jalan yang menghubungkan jalan rasuna said (kuningan) dengan jalan jendral Sudirman, para joker (sebutan orang yang berprofesi sebagai joki) ini menunggu kendaraan roda empat yang akan memasuki kawasan 3-in-1 sudirman.
Siapa saja yang jadi joki
Mungkin joki ini adalah salah satu profesi yang tidak mengenal usia dan tidak mempermasalahkan isu gender. Bayangkan aja dari anak usia 8 tahun,remaja tanggung sampai ibu-ibu peyot calon nenek-nenek, bahkan bayi baru brojol pun tak jarang yang jadi joki dengan bimbingan ibunya tentu saja.
Pakaian Joker
Jangan pernah membayangkan joki itu hanya orang-orang yang berpenampilan lusuh, etc. Tidak jarang para joker berdandan sangat rapih layaknya orang yang mau bepergian, kemeja licin, celana panjang rapih, sepatu keren (lebih keren dari saya yang kemana-mana cuma pake sendal). Mungkin ini salah satu trik untuk meningkatkan daya saing diantara sesama joker, bayangkan saja ... hampir tiap 5 meter trotoar jalan Prof.Dr.Satrio dari mulai mega kuningan sampai sudirman berdiri satu orang joki dengan lambaian tangannya.
Bayaran Joker
Nggak heran ada banyak yang menjadi joker, hitung punya hitung bayarannya lumayan gede juga sekali jadi joker. Pernah saya lihat di sekitaran jalan sudirman, seorang joker perempuan remaja keluar dari mobil lumayan mewah dengan mengepal uang 20.000 an, lumayan kan? di kurangi oangkos balik ke tempatnya mungkin dia defisit sekitar 5000 an, jadi bayaran bersihnya sekitar 15000 an. Makanya makin hari, joker di jakarta makin menjamur.
Suka Duka Jadi Joki
Kalo ada joki ditanya : jadi joki itu banyakan mana sih suka atau dukanya? jawabannya pasti beragam tergantung mood, interest, sama tingkat pendidikan sang joker. Tapi secara sederhana mungkin sang joker akan menjawab sukanya lebih banyak dari dukanya, bagaimana nggak banyak sukanya, orang jadi joker itu nggak perlu uang pelicin, nggak ada tekanan dari atasan, plus nggak ada absensi alias free. Beberapa keuntungan jadi joki diantaranya: setiap hari bisa ngalamin naik mobil mewah, duduk di jok yang empuk, cuci mata, apalagi kalo yang nyupir cewek cakep :p, plus dibayar lagi. Dukanya paling dikejar-kejar kantib yang menyisir jalan setiap jam-jam tertentu, tapi ini bisa diakalin dengan metode hide and seek alias kucing kucingan. Saya pernah punya pengalaman dengan prosesi penyisiran para joker ini. Pada suatu hari (mirip cerita dongeng), pas saya lagi nungguin metromini di jalan Prof.Dr.Satrio sekitar jam 5 an, tiba-tiba kol buntung petugas kantib terlihat diseberang jalan (jalannya dua jalur) mau ,muter ke jalan di mana saya lagi nungguin metromini. Sekelebat saja berpuluh-puluh sosok berlarian sambil tertawa-tawa di sekitar saya. Beberapa menit termenung saya baru sadar ternyata sosok-sosok itu adalah para joker yang sedang menghindari petugas kantib. Sesaat saya adem ayem aja di pinggiran trotoar, setia nungguin metromini tercinta (tercinta karena butuh), sampai akhirnya saya sadar bisa-bisa saya di sangka joki juga (maklum pakaian mereka nggak jauh beda sama saya :p), akhirnya dengan bergegas saya langsung beringsut ke halte bis terdekat. Beberapa saat kemudian sang kantib lewat dengan mobil kol buntungnya, beberapa dettik saling bertatapan mata, dan akhirnya berlalu. it's very close ... huh !
So .. itulah kehidupan para joker, selain berseteru dengan sang betmen, merekapun harus berhadapan dengan sang kantib. Itulah jakarta, dengan modal lambaian tangan saja ... kita masih bisa makan ...
Joker oh joker
Joki?
Setidaknya ada beberapa definisi dari joki:
1. Orang yang mencari nafkah dari menunggang kuda
2. Orang yang mencari nafkah dari hingar-bingar Seleksi Ujian Masuk Perguruan Tinggi
3. Orang yang mencari nafkah dari menumpang mobil orang
Joki yang pertama kita sering melihatnya di pacuan kuda, kalo dulu sering nonton anime makibaaao, kuda putih yang mirip anjing, nah yang dimaksud dengan joki itu adalah orang yang duduk diatas punggung kuda, orang yang mulut dan lubang idungnya gede.
joki yang kedua dikenal sebagai "bintang" pada saat Ujian Masuk pergruan tinggi, orang yang dianggap penjahat oleh sebagian orang tapi dianggap pahlawan oleh "sebagian orang" lainnya. Inilah joki yang sering menjadi bahan berita yang menghiasi layar tipi pas SPMB kemaren. Modalnya cuma dua, cukup punya otak encer dan nyali gede. Jaman dulu joki kayak gini katanya menjamur tiap mau SPMB, dan jarang ketahuan sama pengawas ujian. Tapi kalo sekarang kayaknya jangan harap deh ... salah-salah muka kita bisa di pajang beberapa hari di layar kaca.
Kalo joki yang ketiga biasa dikenal dengan sebutan joki 3-in-1. Orang yang udah lama tinggal di jakarta pasti kenal dengan joki yang satu ini. Satu-satunya profesi yang hanya ada di indonesia,khususnya di kota jakarta sekitar jalan sudirman,thamrin, dan sebagian jalan gatot subroto, berkah dari peraturan pemerintah yang mengharuskan kendaraan beroda empat pada jam-jam tertentu harus berisi minimal 3 orang, kalo kurang dari 3 orang mendingan jangan berani-berani lewat ketiga jalan itu pada jam-jam tertentu kecuali kalo mau berbagi rejeki dengan polisi :).
Nah joki yang ketiga inilah sering saya lihat di jalanan kota jakarta. Kebetulan kantorku terletak di jalan Prof.Dr.Satrio, orang mengenalnya jalan casablanca padahal itu jalan terusannya, atau biasa juga di sebut jalan baru. Sekitar jam 4 -5 sore banyak orang yang berprofesi joki ini berjejer di jalan Dr.Satrio ini, maklum jalan ini salah satu jalan yang menghubungkan jalan rasuna said (kuningan) dengan jalan jendral Sudirman, para joker (sebutan orang yang berprofesi sebagai joki) ini menunggu kendaraan roda empat yang akan memasuki kawasan 3-in-1 sudirman.
Siapa saja yang jadi joki
Mungkin joki ini adalah salah satu profesi yang tidak mengenal usia dan tidak mempermasalahkan isu gender. Bayangkan aja dari anak usia 8 tahun,remaja tanggung sampai ibu-ibu peyot calon nenek-nenek, bahkan bayi baru brojol pun tak jarang yang jadi joki dengan bimbingan ibunya tentu saja.
Pakaian Joker
Jangan pernah membayangkan joki itu hanya orang-orang yang berpenampilan lusuh, etc. Tidak jarang para joker berdandan sangat rapih layaknya orang yang mau bepergian, kemeja licin, celana panjang rapih, sepatu keren (lebih keren dari saya yang kemana-mana cuma pake sendal). Mungkin ini salah satu trik untuk meningkatkan daya saing diantara sesama joker, bayangkan saja ... hampir tiap 5 meter trotoar jalan Prof.Dr.Satrio dari mulai mega kuningan sampai sudirman berdiri satu orang joki dengan lambaian tangannya.
Bayaran Joker
Nggak heran ada banyak yang menjadi joker, hitung punya hitung bayarannya lumayan gede juga sekali jadi joker. Pernah saya lihat di sekitaran jalan sudirman, seorang joker perempuan remaja keluar dari mobil lumayan mewah dengan mengepal uang 20.000 an, lumayan kan? di kurangi oangkos balik ke tempatnya mungkin dia defisit sekitar 5000 an, jadi bayaran bersihnya sekitar 15000 an. Makanya makin hari, joker di jakarta makin menjamur.
Suka Duka Jadi Joki
Kalo ada joki ditanya : jadi joki itu banyakan mana sih suka atau dukanya? jawabannya pasti beragam tergantung mood, interest, sama tingkat pendidikan sang joker. Tapi secara sederhana mungkin sang joker akan menjawab sukanya lebih banyak dari dukanya, bagaimana nggak banyak sukanya, orang jadi joker itu nggak perlu uang pelicin, nggak ada tekanan dari atasan, plus nggak ada absensi alias free. Beberapa keuntungan jadi joki diantaranya: setiap hari bisa ngalamin naik mobil mewah, duduk di jok yang empuk, cuci mata, apalagi kalo yang nyupir cewek cakep :p, plus dibayar lagi. Dukanya paling dikejar-kejar kantib yang menyisir jalan setiap jam-jam tertentu, tapi ini bisa diakalin dengan metode hide and seek alias kucing kucingan. Saya pernah punya pengalaman dengan prosesi penyisiran para joker ini. Pada suatu hari (mirip cerita dongeng), pas saya lagi nungguin metromini di jalan Prof.Dr.Satrio sekitar jam 5 an, tiba-tiba kol buntung petugas kantib terlihat diseberang jalan (jalannya dua jalur) mau ,muter ke jalan di mana saya lagi nungguin metromini. Sekelebat saja berpuluh-puluh sosok berlarian sambil tertawa-tawa di sekitar saya. Beberapa menit termenung saya baru sadar ternyata sosok-sosok itu adalah para joker yang sedang menghindari petugas kantib. Sesaat saya adem ayem aja di pinggiran trotoar, setia nungguin metromini tercinta (tercinta karena butuh), sampai akhirnya saya sadar bisa-bisa saya di sangka joki juga (maklum pakaian mereka nggak jauh beda sama saya :p), akhirnya dengan bergegas saya langsung beringsut ke halte bis terdekat. Beberapa saat kemudian sang kantib lewat dengan mobil kol buntungnya, beberapa dettik saling bertatapan mata, dan akhirnya berlalu. it's very close ... huh !
So .. itulah kehidupan para joker, selain berseteru dengan sang betmen, merekapun harus berhadapan dengan sang kantib. Itulah jakarta, dengan modal lambaian tangan saja ... kita masih bisa makan ...
Joker oh joker
0 comments:
Post a Comment