Setiap orang pasti pernah bermimpi.
Setiap orang pernah bermimpi dalam tidurnya. Bermimpi ketika diatas pembaringannya, bermimpi di ruang kuliah, atau bermimpi ketika menghadiri rapat yang menjemukan. Orang-orang menyebutnya bunga tidur karena mimpi itu indah layaknya bunga yang kagumi oleh para pecinta. Meskipun pada kenyataannya tidak semua mimpi intu indah, tetapi setiap orang pasti berharap sesuatu yang indah dalam mimpinya karena mereka tidak selalu mendapatkan yang indah dalam kehidupannya. Seorang yang miskin berharap agar bermimpi menjadi orang kaya, karena dikehidupannya ia miskin. Seorang yang kaya berharap menjadi orang yang bahagia dalam mimpinya karena pada kenyataannya harta yang dimilikinya tidak membawa kebahagiaan dalam hidupnya. Seorang pecinta berharap bersama dengan kekasihnya dalam mimpinya karena pada kenyataannya cintanya bertepuk sebelah tangan.
Setiap orang membutuhkan mimpi karena manusia dibelenggu oleh berbagai keterbatasan.
Setiap orang butuh mimpi karena tidak semua hal yang diinginkannya dapat terwujud di kehidupan nyata.
Setiap orang butuh mimpi karena pada dasarnya manusia itu lemah.
Maka tak aneh jika mimpi adalah komoditas yang paling laris dipasaran dunia. Novel Harry Potter menjadi buku Best Seller di di seluruh negara, karena novel ini menawarkan mimpi, menawarkan sesuatu yang sejatinya tidak kita miliki di kehidupan nyata, sihir, sapu terbang, teleportasi, dan segala yang memudahkan kehidupan manusia. Begitu juga dengan serial TV Heroes, ratingnya sangat tinggi, hampir semua orang menyukainya, tidak hanya dinegara asalnya akan tetapi disetiap negara, bahkan di negeri kita tercinta, DVD bajakannya pun laku keras. Mengapa bisa? Karena film ini menawarkan mimpi, mimpi tentang orang orang yang memiliki kekuatan super, orang yang bisa terbang, memiliki kemampuan telekinetik, membaca pikiran, menghentikan waktu, menghilang, dan sebagainya, yang terkadang pernah kita mimpikan dalam tidur kita.
Setiap orang pernah bermimpi. Akan tetapi tidak setiap orang memiliki mimpi.
Hanya sedikit dari orang-orang yang pernah bermimpi itu memiliki mimpi dalam kehidupannya. Orang miskin pernah bermimpi kaya, tapi dia tidak memiliki mimpi untuk menjadi kaya, makanya dia tetap miskin seumur hidup. Seorang karyawan pernah bermimpi menjadi CEO, tapi dia tidak memiliki mimpi untuk menjadi CEO, tak aneh kalau akhirnya ia pindah ke perusahaan lain dan tetap menjadi karyawan rendahan. Seorang mahasiswa pernah bermimpi lulus secepat mungkin dengan predikat cumlaude, akan tetapi ia tidak pernah memiliki mimpi untuk mendapatkannya, akhirnya ia hanya menjadi juru kunci dengan nilai pas-pasan.
Orang yang pernah bermimpi, mereka mendapatkan bunga tidur. Akan tetapi orang yang memiliki mimpi, sejatinya ia mendapatkan bunga kehidupan.
Dari yang sedikit itu, hanya sedikit yang memiliki mimpi mendapatkan mimpinya. Banyak orang miskin yang memiliki mimpi menjadi kaya, tapi dia tetap menjadi orang miskin. Banyak karyawan yang memiliki mimpi menjadi CEO, tapi sampai usia pensiun tetap menjadi kroco. Banyak mahasiswa yang bermimpi lulus cepat dengan predikat cumlaude, tapi yang didapat hanya DO. Mereka itu orang orang yang memiliki mimpi, tapi tidak pernah mau bergerak untuk mendapatkan mimpinya itu. Atau ia telah bergerak, tetapi ia berhenti ditengah jalan, menyerah, putus asa, dan tidak menyelesaikan perjuangannya. Seandainya Thomas Alfa Edison menyerah setelah percobaannya yang ke 999, niscaya kita akan hidup dalam kegelapan selamanya, karena pada percobaannya yang ke 1000 lah ia berhasil menemukan lampu pijar.
Orang yang memiliki mimpi harus bergerak untuk mencapai mimpinya. Tidak ada mimpi yang didapat dengan cuma-cuma. Langit tidak menurunkan hujan emas. Bahkan kita harus berjalan ketoko buku untuk bisa membaca novel "mimpi" Harry Potter dan menunggu berjan-jam untuk mendownload satu episode film seri"mimpi" heroes, atau berkeliling glodok untuk membeli DVD bajakannya. Apatah lagi kalau kita ingin mendapatkan mimpi-mimpi dalam kehidupan yang nyata.
Pada tahun 1963 ketika orang-orang Amerika masih menganut politik Apharteid, ada seorang Negro yang pernah memimpikan jika suatu hari tidak ada lagi diskriminasi antara ras kulit hitam dan kulit putih. Untuk merealisasikan mimpinya itu ia berjuang kemana-mana, ia mengumpulkan masa, ia berdemonstrasi secara damai, ia berorasi, ia berkhotbah di gereja, ia mencalonkan diri jadi presiden Amerika. Ia bergerak, terus bergerak, ia tempuh segala cara untuk merealisasikan mimpinya. Pantang bagi dirinya untuk menyerah walaupun hujatan, tekanan, intimidasi, ancaman setiap hari diterimanya ia tidak menyerah, ia terus bergerak. Walaupun rumahnya di bom oleh orang-orang yang tidak menyetujui gerakannya, dan anaknya di culik dan dibunuh, ia tidak menyerah, ia terus bergerak sampai akhirnya pada tahin 1968 ia ditembak dan mati terbunuh oleh orang-orang yang sama yang telah membom dan membunuh anak-anaknya. Ia mati, tetapi mimpinya telah menjadi mimpi semua kaum Negro Amerika dan orang kulit putih yang bersimpati terhadap gerakannya. Maka meskipun sang pemimpi telah pergi, di luar sana ada jutaan orang yang telah memiliki mimpinya, dan akan terus berjuang untuk merealisasikan mimpinya. Dan hasilnya kita lihat sekarang, di Amerika orang kulit hitam dan kulit putih hidup berdampingan dengan damai. Ya mimpinya telah terealisasi, ia telah mendapatkan mimpinya, dan jutaan orang telah memperoleh apa yang diimpikannya. Seandainya ia tidak bergerak, seandainya ia menyerah terhadap teror, sampai kapanpun mimpinya hanya tinggal mimpi belaka. Tapi ia tidakmenyarah, ia terus bergerak, dan karena mimpinya adalah mimpi orang banyak, mimpi para pencari keadilan, maka sampai sekarang dunia mengenang namanya, dan sejarah mencatat mimpinya. Sang Pemimpi itu bernama Martin Luther King. Mimpinya itu ia ungkapkan dalam orasinya didepan ribuan massa di Lincolin Memorial Park, Wahington DC pada tanggal 28 Agustus 1963 dan mimpinya kini menjadi menjadi inspirasi bagi berbagai kalangan, dan menjadi bahan bacaan wajib di banyak sekolah bisnis terkenal di dunia. Bentuk audio aslinya pun banyak diperdagangkan, dan telah memberi inspirasi yang sangat besar dalam gerakan-gerakan pembaharuan di manca negara. Berikut adalah mimpi Sang Pemimpi itu yang saya kutip dari bukunya Rhenald Kasali, Re-Code Your Change DNA : Membebaskan Belenggu-Belenggu untuk Meraih Keberanian dan Keberhasilan dalam Pembaharuan (versi bahasa inggrisnya dapat di lihat di sini dan videonya di sini) :
Setiap orang butuh mimpi, tidak hanya dalam tidurnya, tetapi juga di kehidupannya yang nyata karena dengan mimpi itu kehidupannya akan bermakna, tidak hampa. Orang yang memiliki mimpi berarti memiliki tujuan, orang yang memiliki tujuan akan memiliki rencana untuk mencapai tujuannya, dan orang yang berencana akan melihat dengan jelas jalan yang harus dilaluinya, ia memiliki peta kehidupan untuk mencapai mimpinya.
Saya jadi ingat pembicaraan dengan seorang bapak kepala sekolah SMA di Bangka Belitung, namanya pak "Usman", di sebuah bis malam dalam perjalanan ke kota kembang, Bandung. Setelah ngobrol panjang lebar ia berkata " Dalam hidup ini kita harus punya tujuan ! karena dengan adanya tujuan inilah hidup menjadi bermakna" "Kita harus memiliki tujuan setahun kedepan, sebulan kedepan, seminggu kedepan" "Karena kalau hidup tanpa tujuan, kita jadi bingung, dan sia-sialah waktu hidup kita".
Dalam hidup ini ....
Setiap orang pernah bermimpi.
Setiap orang harus memiliki mimpi.
Setiap orang harus bergerak untuk memperoleh mimpinya.
Setiap orang harus pantang menyerah sampai memperoleh mimpinya, atau ia mati dalam perjalannan mencapinya.
Patutlah kiranya kita merenungi jargon Republik BBM
"Jangan Hanya Baru Bisa Mimpi !"
Mari kita bergerak merealisasikan mimpi itu.
Setiap orang pernah bermimpi dalam tidurnya. Bermimpi ketika diatas pembaringannya, bermimpi di ruang kuliah, atau bermimpi ketika menghadiri rapat yang menjemukan. Orang-orang menyebutnya bunga tidur karena mimpi itu indah layaknya bunga yang kagumi oleh para pecinta. Meskipun pada kenyataannya tidak semua mimpi intu indah, tetapi setiap orang pasti berharap sesuatu yang indah dalam mimpinya karena mereka tidak selalu mendapatkan yang indah dalam kehidupannya. Seorang yang miskin berharap agar bermimpi menjadi orang kaya, karena dikehidupannya ia miskin. Seorang yang kaya berharap menjadi orang yang bahagia dalam mimpinya karena pada kenyataannya harta yang dimilikinya tidak membawa kebahagiaan dalam hidupnya. Seorang pecinta berharap bersama dengan kekasihnya dalam mimpinya karena pada kenyataannya cintanya bertepuk sebelah tangan.
Setiap orang membutuhkan mimpi karena manusia dibelenggu oleh berbagai keterbatasan.
Setiap orang butuh mimpi karena tidak semua hal yang diinginkannya dapat terwujud di kehidupan nyata.
Setiap orang butuh mimpi karena pada dasarnya manusia itu lemah.
Maka tak aneh jika mimpi adalah komoditas yang paling laris dipasaran dunia. Novel Harry Potter menjadi buku Best Seller di di seluruh negara, karena novel ini menawarkan mimpi, menawarkan sesuatu yang sejatinya tidak kita miliki di kehidupan nyata, sihir, sapu terbang, teleportasi, dan segala yang memudahkan kehidupan manusia. Begitu juga dengan serial TV Heroes, ratingnya sangat tinggi, hampir semua orang menyukainya, tidak hanya dinegara asalnya akan tetapi disetiap negara, bahkan di negeri kita tercinta, DVD bajakannya pun laku keras. Mengapa bisa? Karena film ini menawarkan mimpi, mimpi tentang orang orang yang memiliki kekuatan super, orang yang bisa terbang, memiliki kemampuan telekinetik, membaca pikiran, menghentikan waktu, menghilang, dan sebagainya, yang terkadang pernah kita mimpikan dalam tidur kita.
Setiap orang pernah bermimpi. Akan tetapi tidak setiap orang memiliki mimpi.
Hanya sedikit dari orang-orang yang pernah bermimpi itu memiliki mimpi dalam kehidupannya. Orang miskin pernah bermimpi kaya, tapi dia tidak memiliki mimpi untuk menjadi kaya, makanya dia tetap miskin seumur hidup. Seorang karyawan pernah bermimpi menjadi CEO, tapi dia tidak memiliki mimpi untuk menjadi CEO, tak aneh kalau akhirnya ia pindah ke perusahaan lain dan tetap menjadi karyawan rendahan. Seorang mahasiswa pernah bermimpi lulus secepat mungkin dengan predikat cumlaude, akan tetapi ia tidak pernah memiliki mimpi untuk mendapatkannya, akhirnya ia hanya menjadi juru kunci dengan nilai pas-pasan.
Orang yang pernah bermimpi, mereka mendapatkan bunga tidur. Akan tetapi orang yang memiliki mimpi, sejatinya ia mendapatkan bunga kehidupan.
Dari yang sedikit itu, hanya sedikit yang memiliki mimpi mendapatkan mimpinya. Banyak orang miskin yang memiliki mimpi menjadi kaya, tapi dia tetap menjadi orang miskin. Banyak karyawan yang memiliki mimpi menjadi CEO, tapi sampai usia pensiun tetap menjadi kroco. Banyak mahasiswa yang bermimpi lulus cepat dengan predikat cumlaude, tapi yang didapat hanya DO. Mereka itu orang orang yang memiliki mimpi, tapi tidak pernah mau bergerak untuk mendapatkan mimpinya itu. Atau ia telah bergerak, tetapi ia berhenti ditengah jalan, menyerah, putus asa, dan tidak menyelesaikan perjuangannya. Seandainya Thomas Alfa Edison menyerah setelah percobaannya yang ke 999, niscaya kita akan hidup dalam kegelapan selamanya, karena pada percobaannya yang ke 1000 lah ia berhasil menemukan lampu pijar.
Orang yang memiliki mimpi harus bergerak untuk mencapai mimpinya. Tidak ada mimpi yang didapat dengan cuma-cuma. Langit tidak menurunkan hujan emas. Bahkan kita harus berjalan ketoko buku untuk bisa membaca novel "mimpi" Harry Potter dan menunggu berjan-jam untuk mendownload satu episode film seri"mimpi" heroes, atau berkeliling glodok untuk membeli DVD bajakannya. Apatah lagi kalau kita ingin mendapatkan mimpi-mimpi dalam kehidupan yang nyata.
Pada tahun 1963 ketika orang-orang Amerika masih menganut politik Apharteid, ada seorang Negro yang pernah memimpikan jika suatu hari tidak ada lagi diskriminasi antara ras kulit hitam dan kulit putih. Untuk merealisasikan mimpinya itu ia berjuang kemana-mana, ia mengumpulkan masa, ia berdemonstrasi secara damai, ia berorasi, ia berkhotbah di gereja, ia mencalonkan diri jadi presiden Amerika. Ia bergerak, terus bergerak, ia tempuh segala cara untuk merealisasikan mimpinya. Pantang bagi dirinya untuk menyerah walaupun hujatan, tekanan, intimidasi, ancaman setiap hari diterimanya ia tidak menyerah, ia terus bergerak. Walaupun rumahnya di bom oleh orang-orang yang tidak menyetujui gerakannya, dan anaknya di culik dan dibunuh, ia tidak menyerah, ia terus bergerak sampai akhirnya pada tahin 1968 ia ditembak dan mati terbunuh oleh orang-orang yang sama yang telah membom dan membunuh anak-anaknya. Ia mati, tetapi mimpinya telah menjadi mimpi semua kaum Negro Amerika dan orang kulit putih yang bersimpati terhadap gerakannya. Maka meskipun sang pemimpi telah pergi, di luar sana ada jutaan orang yang telah memiliki mimpinya, dan akan terus berjuang untuk merealisasikan mimpinya. Dan hasilnya kita lihat sekarang, di Amerika orang kulit hitam dan kulit putih hidup berdampingan dengan damai. Ya mimpinya telah terealisasi, ia telah mendapatkan mimpinya, dan jutaan orang telah memperoleh apa yang diimpikannya. Seandainya ia tidak bergerak, seandainya ia menyerah terhadap teror, sampai kapanpun mimpinya hanya tinggal mimpi belaka. Tapi ia tidakmenyarah, ia terus bergerak, dan karena mimpinya adalah mimpi orang banyak, mimpi para pencari keadilan, maka sampai sekarang dunia mengenang namanya, dan sejarah mencatat mimpinya. Sang Pemimpi itu bernama Martin Luther King. Mimpinya itu ia ungkapkan dalam orasinya didepan ribuan massa di Lincolin Memorial Park, Wahington DC pada tanggal 28 Agustus 1963 dan mimpinya kini menjadi menjadi inspirasi bagi berbagai kalangan, dan menjadi bahan bacaan wajib di banyak sekolah bisnis terkenal di dunia. Bentuk audio aslinya pun banyak diperdagangkan, dan telah memberi inspirasi yang sangat besar dalam gerakan-gerakan pembaharuan di manca negara. Berikut adalah mimpi Sang Pemimpi itu yang saya kutip dari bukunya Rhenald Kasali, Re-Code Your Change DNA : Membebaskan Belenggu-Belenggu untuk Meraih Keberanian dan Keberhasilan dalam Pembaharuan (versi bahasa inggrisnya dapat di lihat di sini dan videonya di sini) :
I Have A Dream
Saya merasa bahagia bergabung bersama Anda hari ini, dengan apa yang akan terjadi dalam sejarah sebagai demonstrasi terbesar demi kebebasan dalam sejarah bangsa kita.
Limaratus tahun lalu, seorang Amerika yang hebat,yang bayangan simboliknya sekarang kita rasakan, menandatangani Proklamasi Emansipasi. Keputusan penting itu adalah lentera harapan bagi jutaan budak Negro yang masih terbakar dalam api ketidakadilan. Peristiwa itu dipandang sebagai sebuah sebuah kabar gembira yan mengakhir malam panjang mereka dalam tahanan.
Tetapi seratus tahun kemudian ternyata kaum Negro masih terkekang.
Seratus tahun kemudian, hidup seorang Negro masih menyedihkan, pincang karena belenggu pemisahan dan rantai diskriminasi.
Seratus tahun kemudian, Negro masih hidup di sebuah pulau kemiskinan ditengah-tengah luasnya lautan kemakmuran materi.
Seratus tahun kemudian, kaum Negro masih hidup merana di sudut-sudut kota Amerika dan menemukan dirinya hidup dalam penasingan di anahnya sendiri.
Jika kita hadir di sini untuk mendramatisasi kondisi yang memilukan. Ibaratnya kita datang ke ibu kota untuk mencairkan cek kita.
Ketika arsitek negeri republik ini menuliskan kata-kata indah tentang konstitusi dan Deklarasi Kemerdekaan, mereka menAndatangani surat utang dimana setiap orang Amerika adalah ahli waris. Surat utang itu menjanjikan bahwa setiap orang, ya, kulit hitam, dan juga kulit putih, terjamin hak hidupnya yang tidak terpisah-pisah yang dapat diambil orang lain, termasuk kebebasan, dan pencarian kebebasan hidupnya.
Mudah dimengerti hari ini Amerika sudah melalaikan janjinya. Amerika telah memberikan orang Negro cek yang buruk; sebuah cek yang dikembalikan dengan tulisan "tidak cukup dana".
Kami menolah mempercayai bahwa dana tidak cukup dalam ruang kesempatan bangsa ini.
Kami ingin tunaikan cek ini, cek yang akan memberikan tuntutan kekayaan, kebebasan, dan keadilan yang aman.
Kita datang ke tempat keramat ini untuk mengingatkan amerika tentang ketakutan yang mendesak. Tidak ada waktu untuk berada dalam kemewahan atau menelan sedikit demi sedikit obat yang meredakan. Sekarang waktunya untuk membuktikan janji demokrasi.
Sekarang saatnya untuk bangkit dari kegelapan dan menyingkirkan lembah pemisahan ke dalam cahaya keadilan anatar ras.
Sekarang tiba saatnya mengangkat bangsa ini dari pasir ketidakadilan rasial ke batu persaudaraan yang kuat.
Sekarang saatnya menjadikan keadilan sebuah kenyataan untuk semua orang. Adalah fatal bila bangsa ini melupakan keadaan yang mendesak. Terik di musim panas dari ketidakpuasan yang masuk akal orang Negro tidak akan berhenti sampai musim semi kebebasan dan persamaan yang menyegarkan datang.
Sembilanbelas enam tiga bukan sebuah akhir, tetapi permulaan. Dan mereka yang mengharapkan Negro meledakannya, dan menjadi sesuka hati, kita akan bangunkan secara kasar jika bangsa ini kembali kepada 'business as ussual'.
Tidak akan ada istirahat dan ketenangan di Amerika sampai Negro diberi hak-hak kewarganegaraannya. Angin puyuh pemberontakan akan terus berlanjut menggoncang fondasi bangsa sampai datang keadilan itu.
Tetapi ada sesuatu yang ingin saya katakan kepada kaum saya yang berdiri di ambang pintu yang hangat yang membawa keistana keadilan. Dalam proses pengambilan hak-hak itu kita tidak boleh melakukan kesalahan dengan melanggar hukum.
Jangan puaskan kehausan kebebasan dengan meminum dari cangkir kepahitan dan kebencian. Kita harus selalu berjuang dengan martabat dan disiplin.
Jangan biarkan proses kreatif ini diturunkan derajatnya dengan kekerasan fisik.
Sekali lagi dan sekali lagi kita harus bangkit ke tingkat yang paling mulia dengan mempertemukan kekuatan fisik dengan kekuatan jiwa.
Jangan sampai semangat militan ini membawa kita ke dalam ketidakpercayaan kepada semua masyarakat kulit putih. Untuk banyak Anda kulit putih kita, sebagai bukti dengan kehadiran Anda hari ini, telah menyadarkan bahwa kebebasan mereka sejalan dengan kebebasan kita. Serangan kita telah bergemuruh, dan harus terus dikawal oleh tentara kedua warna kulit. Kita tidak bisa berjalan sendiri.
Dan seiring kita berbicara, kita berikrar bahwa kita harus bergerak ke depan. Kita tidak berbalik ke belakang. Ada yang mempertanyakan perjuangan tentang hak-hak sipil. "Kapan Anda merasa puas?"
Kita tidak akan pernah merasa puas sepanjang Negro masih menjadi korban kekerasan-kekerasan polisi yang brutal.
Kita tidak akan pernah merasa puas sepanjang badan kita, yang letih setelah pejalanan jauh, tidak diperkenankan beristirahat dipenginapan.
Kita tidak akan pernah merasa puas sepanjang mobilitas Negro dibatasi dari satu getho ke getho yang lain.
Kita tidak akan pernah merasa puas sepanjang anak-anak kita dirampas harga dirinya oleh rambu-rambu yang menyatakan "Hanya Untuk Kaum Kulit Putih".
Kita tidak akan pernah merasa puas sepanjang oran Negro di Mississipi tidak boleh ikut memilih dan orang Negro di New York percaya, dia tidak memiliki apa-apa untuk memilih.
Tidak, kita tidak puas, dan kita tidak akan puas sampai keadilan mengalir seperti air dan mengalir seperti aliran sungai.
Saya sadar sebagian dari Anda datang kesini setelah ke luar dari pengadilan dan kesengsaraan yang berlebihan.
Sebagian Anda datang kesini langsung dari penjara yang sempit.
Sebagian lagi meminta kebebasan dari pukulan-pukulan, penyiksaan, dan kebrutalan polisi.
Anda telah menjadi veteran dari penderitaan yang kreatif. Kembali bekerja dengan kepercayaan yang tidak menyisakan kepedihan adalah penyelamatan.
Kembali ke Mississipi, kembali ke Alabama, kembali ke Carolina Selatan, kembali ke Georgia, kembali ke Lousiana, kembali ke dusun dan perkampungan kecil di Kota sebelah utara, mengatahuai bahwa bagaimanapun situasi dapat, dan akan berubah. Jangan biarkan kita meratapi terus di bukit kepustusasaan.
Saya katakan kepada Anda, sahabat saya, meskipun kita harus berhadapan dengan kesulitan hari ini dan besok, saya masih bermimpi. Sebuah mimpi yang mengakar di mimpi orang Amerika, mimpi dimana suatu hari bangsa ini akan bangkit dan hidup dalam pengertian yang sebenar-benarnya tentang kepercayaan. Siapa yang memegang teguh jebenaran ini akan menjadi bukti, bahwa semua orang diciptakan sama.
Saya bermimpi kalau suatu hari di bukit merah Georgia, anak dari bekas budak dan anak dari pemilik budak akan dapat duduk bersama di meja perAndaan.
Saya bermimpi kalau suatu hari, meskipun negara bagian Mississipi, negara bagian yang sangat panas dengan ketidakadilan, panas dengan penindasan akan berubah menjadi mata air kebebasan dan keadilan.
Saya bermimpi keempat anak kecil saya suatu hari akan hidup di sebuah bangsa si mana mereka tidak akan dinilai karena warna kulitnya, tetapi karena karakter mereka.
Saya bermimpi itu hari ini!
Saya bermimpi suatu hari di Alabama, dengan persoalan rasis yang sangat ganas, dengan gubernurnya yang melontarkan kata-kata yang menyudutkan dan kontradiktif dari bibirnya, suatu hari di Alabama, anak kecil kulit hitam laki-laki dan perempuan akan dapat berpegangan tangan engan anak kecil kulit putih laki-laki dan perempuan seperti kakak beradik.
Saya bermimpi itu hari ini!
Saya bermimpi, kelak setiap dusun akan mulia, setiap bukit dan pegunungan akan dibuat rendah, tempat yang kasar akan dibuat datar, dan tempat yang berliku-liku akan dibuat lurus dan kemuliaan Tuhan akan terungkap dan semua orang akan melihat itu bersama-sama.
Itu harapan kita.
Ini kepercayaan yang akan saya bawa ke Selatan.
Dengan kepercayaan ini, kita akan dapat menembang gunungan kepatahan hati sebuah batu harapan.
Dengan harapan ini kita akan dapat merubah kesalahpahaman di bangsa kita menjadi simphoni perAndaan yang indah.
Dengan kepercayaan ini, kita akan dapat bekerja bersama, berdoa bersama, berjuang bersama, dipenjara bersama, berdiri untuk kebebasan bersama, mengatahui kalau kita akan bebas suatu hari.
Hari ini akan menjadi hari dimana anak-anak Tuhan akan dapat bernyanyi dengan makna baru - " Negaraku adalah milik-Mu, tanah indah kebebasan, untuk-Mu aku bernyanyi, tanah di mana ayahku meninggal, tanah kebanggaan peziarah, dari semua tepi gunung, biarkan kebebasan bergema" - dan jika Amerikan menjadi sebuah bangsa yang besar, ini harus menjadi kenyataan.
Jadi biarkan kebebasan bergema di atas bukit New Hampshire yang luar biasa.
Biarkan kebebasan bergema dari atas puncak bukit Alleghenies Pennsylvania.
Biarkan kebebasan bergema dari gunung yang diselimuti salju Colorado.
Biarkan kebebasan bergema dari lekukan lereng California.
Biarkan kebebasan bergema dari Gunung Batu Georgia.
Biarkan kebebasan bergema dari pemAndangan gunung Tennesse.
Biarkan kebebasan bergema dari setiap bukit dan onggokan tanah Mississipi.
Dari setiap tepi gunung, biarkan kebebasan bergema.
Dan ketika kita membiarkan kebebasan bergema, ketika kita biarkan itu bergema dari setiap desa dan dusun, dari setiap negara bagian dan kota, kita akan dapat mempercepat dari mana hari itu ketika semua anak-anak Tuhan, pria kulit hitam dan putih, Yahudi atau bukan, Katolik dan Protestan, akan dapat berjabat tangan dan bernyanyi dalam bahasa spiritual Negro Lama, " Akhirnya bebas, akhirnya bebas, terima kasih Tuhan yang Agung, kita akhirnya bebas."
Setiap orang butuh mimpi, tidak hanya dalam tidurnya, tetapi juga di kehidupannya yang nyata karena dengan mimpi itu kehidupannya akan bermakna, tidak hampa. Orang yang memiliki mimpi berarti memiliki tujuan, orang yang memiliki tujuan akan memiliki rencana untuk mencapai tujuannya, dan orang yang berencana akan melihat dengan jelas jalan yang harus dilaluinya, ia memiliki peta kehidupan untuk mencapai mimpinya.
Saya jadi ingat pembicaraan dengan seorang bapak kepala sekolah SMA di Bangka Belitung, namanya pak "Usman", di sebuah bis malam dalam perjalanan ke kota kembang, Bandung. Setelah ngobrol panjang lebar ia berkata " Dalam hidup ini kita harus punya tujuan ! karena dengan adanya tujuan inilah hidup menjadi bermakna" "Kita harus memiliki tujuan setahun kedepan, sebulan kedepan, seminggu kedepan" "Karena kalau hidup tanpa tujuan, kita jadi bingung, dan sia-sialah waktu hidup kita".
Dalam hidup ini ....
Setiap orang pernah bermimpi.
Setiap orang harus memiliki mimpi.
Setiap orang harus bergerak untuk memperoleh mimpinya.
Setiap orang harus pantang menyerah sampai memperoleh mimpinya, atau ia mati dalam perjalannan mencapinya.
Patutlah kiranya kita merenungi jargon Republik BBM
"Jangan Hanya Baru Bisa Mimpi !"
Mari kita bergerak merealisasikan mimpi itu.
aku bermimpi tentang harta...
aku bermimpi tentang wanita...
aku bermimpi tentang tahta...
dan aku bermimpi tentang surga...
aku bermimpi tentang wanita...
aku bermimpi tentang tahta...
dan aku bermimpi tentang surga...