Kamis, 10 Juli 2008, sekitar jam 9 pagi
Pagi ini perjalanan saya kekantor dengan seorang teman, harus beberpa kali berhenti di beberapa warung. Keharusan membuat NPWP membuat kami harus mencari amplop berwarna coklat untuk mengirimkan formulir yang telah terisi ke KPP via pos.
Saya katakan,"Cari amplopnya di Trimedia Book Store Ambasador atau di Carefour saja."
Teman saya tak begitu menggubris. Sepanjang jalan, karena kami memang berjalan kaki, warung yang kami lewati kami singgahi. Masuk warung, terus bertanya, "ada amplop coklat?". Warung pertama, meskipun terlihat lengkap tak menyediakan.
" Percuma, nanti saja carinya di Toko Buku,mana mungkin warung kecil menjual amplop seperti itu" kataku.
" Gak ada salahnya dicoba," jawab temanku.
Perjalanan dilanjutkan. Ada warung lagi. Teman saya masuk dan bertanya. Warung kedua, sebuah warung kecil, tak disangka-sangka ternyata menjual barang yang kami cari. Argumenku terpatahkan.
Ada setumpuk amplop warna coklat, ada yang pake tali, harganya Rp. 1500, ada yang tanpa tali, harganya Rp.1000. Si penjual memeriksa dengan teliti. Teman saya membeli yang ada talinya 4 buah. Tapi barangnya hanya ada dua buah, itupun yang dijual hanya satu buah.
" Cuma ada satu mas, yang satunya lagi cowak ujungnya," kata si penjual jujur.
Padahal cowaknya cuma sedikit, itupun tak terlalu kelihatan. Tapi pedagang itu tidak mau menjualnya, karena barangnya cacat. Saya jadi teringat kisah Rosulullah Muhammad S.A.W. Ketika Beliau belum diangkat menjadi nabi. Ketika Beliau masih berjualan menjajakan barang dagangan calon istrinya, Khadijah r.a. Beliau paparkan detail barang yang dijual, sampai cacat yang ada di barang tersebut, dan membiarkan pembeli menilai barang yang mau dibelinya.
Hari ini saya belajar sesuatu. Belajar tentang sebuah kejujuran dari seorang penjaga warung. Ternyata masih ada pedagang jujur di Jakarta. []
Pagi ini perjalanan saya kekantor dengan seorang teman, harus beberpa kali berhenti di beberapa warung. Keharusan membuat NPWP membuat kami harus mencari amplop berwarna coklat untuk mengirimkan formulir yang telah terisi ke KPP via pos.
Saya katakan,"Cari amplopnya di Trimedia Book Store Ambasador atau di Carefour saja."
Teman saya tak begitu menggubris. Sepanjang jalan, karena kami memang berjalan kaki, warung yang kami lewati kami singgahi. Masuk warung, terus bertanya, "ada amplop coklat?". Warung pertama, meskipun terlihat lengkap tak menyediakan.
" Percuma, nanti saja carinya di Toko Buku,mana mungkin warung kecil menjual amplop seperti itu" kataku.
" Gak ada salahnya dicoba," jawab temanku.
Perjalanan dilanjutkan. Ada warung lagi. Teman saya masuk dan bertanya. Warung kedua, sebuah warung kecil, tak disangka-sangka ternyata menjual barang yang kami cari. Argumenku terpatahkan.
Ada setumpuk amplop warna coklat, ada yang pake tali, harganya Rp. 1500, ada yang tanpa tali, harganya Rp.1000. Si penjual memeriksa dengan teliti. Teman saya membeli yang ada talinya 4 buah. Tapi barangnya hanya ada dua buah, itupun yang dijual hanya satu buah.
" Cuma ada satu mas, yang satunya lagi cowak ujungnya," kata si penjual jujur.
Padahal cowaknya cuma sedikit, itupun tak terlalu kelihatan. Tapi pedagang itu tidak mau menjualnya, karena barangnya cacat. Saya jadi teringat kisah Rosulullah Muhammad S.A.W. Ketika Beliau belum diangkat menjadi nabi. Ketika Beliau masih berjualan menjajakan barang dagangan calon istrinya, Khadijah r.a. Beliau paparkan detail barang yang dijual, sampai cacat yang ada di barang tersebut, dan membiarkan pembeli menilai barang yang mau dibelinya.
Hari ini saya belajar sesuatu. Belajar tentang sebuah kejujuran dari seorang penjaga warung. Ternyata masih ada pedagang jujur di Jakarta. []
1 comments:
duh, dah susah tuh cari orang kek gitu. orang yang jujur dalam berdagang. salut
Post a Comment