Minggu, 11 Oktober 2009. Waktu menunjukkan pukul 17.00 sore. Entah mengapa keinginan untuk pergi hunting foto ke Kota Tua Jakarta begitu besar. Padahal biasanya waktu hunting ke kota tua adalah pagi hari antara pukul 6 - 9 pagi. Tak ada yang istimewa sore itu. Langitpun serasa datar tak berwarna. Semilir angin dingin mengiring awan mendung. Secara kasat mata, cemistry sore itu tak terlalu menarik buat hunting foto. Tapi berdasarkan pengalaman, mengikuti insting adalah salah satu jalan yg terbaik. Dengan harapan akan ada sesuatu menarik ketika diperjalanan atau ketika sampai di tujuan kelak. Setiap perjalanan selalu mengandung hikmah yang bisa dipetik.
Akhirnya, dengan mengendarai busway, sampai juga saya di kota tua. Waktu menunjukkan pukul 17.30 sore. Semburat cahaya jingga sudah mulai muncul di atap gedung-gedung tua disekitar Museum Fatahillah. Tak terlalu kentara memang.
Tadinya saya mengira situasi di kota tua pada sore hari akan lengang, sepi. Tapi ternyata saya salah. Ketika sampai di pelataran lapangan Museum Fatahillah, banyak sekali manusia berkumpul disana layaknya pasar kaget. Lelaki perempuan, tua muda, kaya miskin. Ada yang sekedar bercengkrama, melihat lihat, atau berfoto ria disekitar lokasi kota tua. Di beberapa sudut lapangan terlihat beberapa pedagang yg sedang menggelar dagangan beserta aksinya, dari mulai tukang obat sampai tukang sulap keliling. Sementara di sisi-sisi lainnya roda-roda para pedagang makanan dan minuman berjejer rapi mengapit Cafe Batavia yg ada di sudut lapangan. Saya baru mengerti situasi ini ketika melihat salah satu spanduk di pinggir lapangan Museum Fatahillah bertuliskan "Area Wisata Malam Kota Tua". Wow ternyata sekarang ada wisata malam di kota tua. Pantas ramai sekali.
Melihat situasi yang terlalu ramai dan tidak terlalu bersahabat untuk mengambil foto dengan komposisi yang bagus bahkan untuk sekedar candid karena suasana langit yang sudah mulai gelap, akhirnya saya mencoba meraba-raba memotret Museum fatahillah dengan mengabaikan detil di bawahnya untuk mengurangi kesan semrawut karena banyaknya orang. Tanpa tripod, berarti saya harus sedikit menahan nafas untuk agar foto tidak blur.
Setelah beberapa jepretan, adzan maghrib mulai terdengar berkumandang. Langitpun semakin kelam. Lampu-lampu di sekitar Museum fatahillah mulai dinyalakan. Suasana temaram. Ketika langit mulai benar-benar gelap kilau bangunan yang memantulkan cahaya lampu terlihat elok romantis. Pada saat itu saya baru mengerti, INILAH YANG SAYA CARI. Setelah kembali ke lorong yang menuju halte busway untuk menunaikan shalat maghrib, karena tidak menemukan mushala atau masjid yang lebih dekat, saya kembali ke area kota tua untuk mengambil foto night shot. Akhirnya kesampaian juga untuk bisa mengambil foto night shot setelah sekian lama ingin mencoba, di kota tua pulak :).
Dengan berbekal gorillapod setinggi 30 cm dan live viewnya EOS 450D, jadilah saya mencoba ilmu Slow Speed yang pernah saya lihat di beberapa galerry foto online. Awalnya saya dapat melihat dengan cukup jelas gambar objek yang akan di foto pada live view LCD kamera, tapi semakin malam dan untuk beberapa tempat yang kurang tersentuh penerangan lampu, susah sekali untuk melihat melalui live view, hanya bisa meraba-raba. Jepret, lihat hasil, ubah posisi kamera, jepret, lihat hasil.. dan begitu seterusnya, sampai saya mendapatkan foto yang saya inginkan.
Ada banyak objek yang bisa di foto di area wisata malam kota tua, dari mulai gedung gedung tua, aktifitas orang orang di sekitar kota tua, kafe batavia yang bertabur cahaya lampu temaram, ataupun jejeran sepeda tua yg besi tuanya berkilauan memantulkan cahaya lampu.
Akhirnya, dengan mengendarai busway, sampai juga saya di kota tua. Waktu menunjukkan pukul 17.30 sore. Semburat cahaya jingga sudah mulai muncul di atap gedung-gedung tua disekitar Museum Fatahillah. Tak terlalu kentara memang.
Tadinya saya mengira situasi di kota tua pada sore hari akan lengang, sepi. Tapi ternyata saya salah. Ketika sampai di pelataran lapangan Museum Fatahillah, banyak sekali manusia berkumpul disana layaknya pasar kaget. Lelaki perempuan, tua muda, kaya miskin. Ada yang sekedar bercengkrama, melihat lihat, atau berfoto ria disekitar lokasi kota tua. Di beberapa sudut lapangan terlihat beberapa pedagang yg sedang menggelar dagangan beserta aksinya, dari mulai tukang obat sampai tukang sulap keliling. Sementara di sisi-sisi lainnya roda-roda para pedagang makanan dan minuman berjejer rapi mengapit Cafe Batavia yg ada di sudut lapangan. Saya baru mengerti situasi ini ketika melihat salah satu spanduk di pinggir lapangan Museum Fatahillah bertuliskan "Area Wisata Malam Kota Tua". Wow ternyata sekarang ada wisata malam di kota tua. Pantas ramai sekali.
Melihat situasi yang terlalu ramai dan tidak terlalu bersahabat untuk mengambil foto dengan komposisi yang bagus bahkan untuk sekedar candid karena suasana langit yang sudah mulai gelap, akhirnya saya mencoba meraba-raba memotret Museum fatahillah dengan mengabaikan detil di bawahnya untuk mengurangi kesan semrawut karena banyaknya orang. Tanpa tripod, berarti saya harus sedikit menahan nafas untuk agar foto tidak blur.
Dengan berbekal gorillapod setinggi 30 cm dan live viewnya EOS 450D, jadilah saya mencoba ilmu Slow Speed yang pernah saya lihat di beberapa galerry foto online. Awalnya saya dapat melihat dengan cukup jelas gambar objek yang akan di foto pada live view LCD kamera, tapi semakin malam dan untuk beberapa tempat yang kurang tersentuh penerangan lampu, susah sekali untuk melihat melalui live view, hanya bisa meraba-raba. Jepret, lihat hasil, ubah posisi kamera, jepret, lihat hasil.. dan begitu seterusnya, sampai saya mendapatkan foto yang saya inginkan.
Ada banyak objek yang bisa di foto di area wisata malam kota tua, dari mulai gedung gedung tua, aktifitas orang orang di sekitar kota tua, kafe batavia yang bertabur cahaya lampu temaram, ataupun jejeran sepeda tua yg besi tuanya berkilauan memantulkan cahaya lampu.
Suasana Di Sekitar Kota Tua