Membaca kitab klasik, saya dibuat heran dengan satu fenomena yang sekarang sangat ditakuti padahal jaman dahulu tidak demikian. Fenomena tersebut adalah tentang Jin.
Pada zaman sekarang, kebanyakan manusia sangat merasa ketakutan jika didatangi atau bertemu dengan makhluk bernama jin ini. Dengan berbagai bentuk samarannya, dari mulai pocong, kuntilanak, tuyul, dan lain sebagainya, Jin mampu memperdaya seorang anak adam hingga gemetaran, terkencing-kencing, bahkan tak sadarakan diri. Padahal, pada zaman kenabian dahulu, bukannya manusia yang takut terhadap jin, tetapi jin yang takut terhadap manusia. Bahkan pada zaman nabi Sulaiman alaihissalam jin tunduk, atas izin Allah, kepadanya.
Sedangkan pada zaman nabi Muhammad SAW, beberapa kali Beliau SAW dan para sahabat berinteraksi dengan jin, dan menepis godaannya.
Disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Darda’ radiallahuanhu, ia berkata,
Dalam shahih Al Bukhari yang cukup panjang, dikisahkan mengenai pertemuan Abu Huarairah radiallahuanhu dengan Jin. Ia bekata,
Dalam kisah yang lainnya, Ali bin Abi Thalib mengisahkan,
Dalam riwayat lainnya yang mengisahkan tentang keutamaan Umar bin Khatab, Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa syetan tidak akan melalui jalan yang dilewati Umar, karena rasa takutnya kepada Umar.
Di era tabiin kita mengenal Imam Ahmad bin Hambal yang hanya dengan terompahnya saja, jin fasik lari ketakutan.
Serta banyak lagi riwayat lainnya yang menunjukkan lemahnya Jin atau syetan dihadapan manusia yang beriman kepada Allah..Penguasaan manusia terhadap Jin tersebut bukan karena kehebatan si manusianya akan tetapi karena kekuatan iman manusia tersebut kepada Allah. Allah yang menciptakan dan memiliki makhluk yang bernama jin. Allah pulalah yang apat menundukkannya terhadap manusia. Tipu daya Syetan dan Jin hanya mengenai orang orang yang lemah imannya
Tidak ada sesuatu apapun yang layak untuk ditakuti kecuali Allah. Jin tidak memiliki kuasa apapun untuk mencelakakan manusia, kecuali atas izin Allah. Jadi mengapa harus takut, jika Allah ada disisi kita !
Pada zaman sekarang, kebanyakan manusia sangat merasa ketakutan jika didatangi atau bertemu dengan makhluk bernama jin ini. Dengan berbagai bentuk samarannya, dari mulai pocong, kuntilanak, tuyul, dan lain sebagainya, Jin mampu memperdaya seorang anak adam hingga gemetaran, terkencing-kencing, bahkan tak sadarakan diri. Padahal, pada zaman kenabian dahulu, bukannya manusia yang takut terhadap jin, tetapi jin yang takut terhadap manusia. Bahkan pada zaman nabi Sulaiman alaihissalam jin tunduk, atas izin Allah, kepadanya.
“Dan kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syetan syetan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain dari pada itu, dan adalah Kami memelihara mereka”(Qs. Al-Anbiyaa [21]:82)
“ Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung, lalu mereka diatur dengan tertib (dalam barisan).” (Qs. An-Naml [27]:17)
“Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya adzab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang berterima kasih.” (Qs. Saba’ [34] : 12-13)
Sedangkan pada zaman nabi Muhammad SAW, beberapa kali Beliau SAW dan para sahabat berinteraksi dengan jin, dan menepis godaannya.
Disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Darda’ radiallahuanhu, ia berkata,
“ Suatu ketika Rasulullah sedang mengerjakan shalat, aku pun mendengar beliau berseru, ‘ Aku berlindung kepada Allah darimu !’ Lalu beliau kembali berseru, ‘ Aku melaknatmu dengan laknat Allah !’ Lalu beliau mengulurkan tangannya tiga kali seolah sedang memakan sesuatu. Setelah beliau menyelesaikan shalat, kami bertanya,’ Wahai Rasulullah, kami mendengar engkau mengucapkan sesuatu dalam shalat yang tidak pernah kamu dengar sebelumnya. Dan mengapa engkau mengulurkan tanganmu?’ Beliau menjawab, ‘ Sesungguhnya musuh Allah (iblis) telah dating dalam bentuk nyala api dan mendekatiku, maka aku pun berkata tiga kali, ‘ Aku belindung kepada Allah !’ Dan aku juga berkata tiga kali, ‘ Aku melaknatmu dengan laknat Allah !’ Kemudian ingin kutangkap iblis itu. Demi Allah seandainya tidak ada perjanjian saudaraku Sulaiman alaihissalam dengannya tentulah anak-anak Madinah dapat menjadikan bola api itu sebagai mainan.” (HR. Muslim [543], Nasa’i[3/13], dan Baihaqi dalam Ad-Dala’il[7/98])
Dalam shahih Al Bukhari yang cukup panjang, dikisahkan mengenai pertemuan Abu Huarairah radiallahuanhu dengan Jin. Ia bekata,
"Suatu ketika , Rasulullah SAW menunjukku untuk menjaga zakat bulan Ramadahan, datanglah seseorang dan mencuri makanan tersebut. Maka aku menangkapnya dan aku katakan kepadanya, ‘ Demi Allah, aku akan membawamu menghadap Rasulullah SAW.’ Ia pun menghiba dan berkata, ‘ Aku terhimpit kebutuhan dan memiliki banyak anak. Aku benar-benar dalam kondisi mendesak.’ Karena rasa iba aku pun lantas melepaskannya.
Keeseokan harinya Rasulullah SAW bertanya, ‘ Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawanmu semalam?’ Aku menjawab, ‘Wahai Rasulullah, ia mengadu terhimpit kebutuhan yang mendesak dan memiliki banyak anak. Aku iba melihatnya, maka langsung kulepaskan ia.’ Rasulullah SAW berkata, ‘ Ia telah membohongimu. Ia pasti kembali lagi.’
Karena tahu ia akan kembali lagi sebagaimana yang dikatakan Rasulullah SAW, maka aku intai lelaki itu hingga kudapati ia datang dan mulai mencuri makanan. Lalu kutangkap ia dan aku katakan kepadanya,’ Akan kubawa kau kepada Rasulullah SAW.’ Ia berseru, ‘Lepaskan aku! Aku ini orang yang sangat membutuhkan dan harus menanggung banyak anak.’ Lagi-lagi aku merasa iba dan kembali melepaskannya.
Keesokan harinya Rasulullah SAW bertanya lagi kepadaku, ‘ Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawanmu semalam?’ Aku menjawab, ‘Wahai Rasulullah, ia mengadu terhimpit kebutuhan yang mendesak dan memiliki banyak anak. Aku iba melihatnya, maka langsung kulepaskan ia.’ Rasulullah SAW berkata, ‘ Ia telah membohongimu. Ia pasti akan kembali lagi.’
Untuk ketiga kalinya aku intai lelaki itu. Ketika ia datangdan mencuri makanan, segera kutangkap dan aku katakan kepadanya, ‘ Aku benar-benar akan membawamu menghadap Rasulullah SAW, ini sudah ketiga kalinya kamu berjanji tidak akan kembali dan tidak akan mengulanginya!’
Lelaki itu berseru, ‘ Lepaskan aku. Akan ku ajari kau kata-kata yang dengan izin Allah dapat bermanfaat untukmu.’ Aku bertanya, ‘ Apakah itu?’ Ia menjawab,’ Jika hendak berbaring di tempat tidurmu, bacalah ayat Kursi, “Allah tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus meneus mengurus (makhluk-Nya).”(Qs. Al-Baqarah[2]:255) hingga rampung, niscaya sepanjang malam akan ada penjaga utusan Allah yang terus mengawalmu dan syetanpun tidak akan bisa mendekatimu hingga pagi tiba.’
Lantas aku lepaskan ia. Dan keesokan harinya Rasulullah SAW bertanya kepadaku, ‘ Apa yang telah dilakukan tawananmu semalam?’ aku menjawab,’ Ia berkata,” Jika hendak berbaring di tempat tidurmu, bacalah ayat Kursi, ‘Allah tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus meneus mengurus (makhluk-Nya).’(Qs. Al-Baqarah[2]:255) hingga rampung, niscaya sepanjang malam akan ada penjaga utusan Allah yang terus mengawalmu dan syetanpun tidak akan bisa mendekatimu hingga pagi tiba.”
Rasulullah bersabda, ‘ Ia telah berkata benar padamu meski ia sesungguhnya adalah seorang pendusta. Tahukah kamu, siapakah yang telah berbicara kepadamu selama tiga malam ini?’ Abu Hurairah menjawab, ‘Tidak. ’ Rasulullah SAW bersabda,’ Itu adalah Syetan ‘.” (HR. Bukhari [2311] dan Baihaqi dalam Dala’il An-Nubuwah[7/107-108])
Dalam kisah yang lainnya, Ali bin Abi Thalib mengisahkan,
” Suatu kali kami pernah bepergian bersama Rasulullah SAW. Beliau kemudian berkata kepada ‘Ammar, ‘ Pergilah mencari air untuk minuman kita !’ ‘ Ammaw pun pergi dan menemukan syetan menyamar dalam bentuk budak hitamyang sedang berdiri menghalanginya mengambil air. ‘ Ammar membanting syetan itu ke tanah dan berkata, ‘ Jangan halangi aku, biarkan aku mengambil air itu!’ Sejenak syetan itu menurut , namun ia kembali menghalanginya. Untuk kedua kalinya, ‘ Ammar membanting syetan itu ke tanah dan berkata, ‘ Biarkan aku mengambil air dan tinggalkan tempat ini !’ Syetan itu meninggalkan ‘Ammar namun ia kembali menghalanginya. Sekali lagi, ‘Ammar menangkap dan membantingnya ke tanah, kali ini syetan itu benar-benar meninggalkan ‘Ammar dan menepati perintahnya.
Di tempat yang berbeda, Rasulullah SAW berkata kepada kami, ‘ Sesungguhnya syetan telah menghalangi ‘Ammar untuk mengambil air dalam bentuk seorang budak hitam, dan sesungguhnya Allah SWT telah menolong ‘Ammar hingga ia mampu mengalahkannya.’
Kami lantas menemui ‘Ammar radiallahuanhu dan berkata, ‘ Beruntunglah kamu, wahai Abu Yadhan. Rasulullah telah menceritakan kepada kami peristiwa yang kamu hadapi.’
‘Ammar menjawab,’ Seandainya aku tahu bahwa ia adalah syetan, tentu sudah ku bunuh ia. Aku ingin menggigit hidungnya kalau saja baunya tidak begitu busuk menusuk hidungku’.” (HR. Abu Asy-Syaikh dalam Al’Azhamah[1107] dengan sanad shahih, Baihaqi dalam Ad-Dala’il[7/124], Thabari dalam Majma ‘Az-Zawa’id[9/293])
Dalam riwayat lainnya yang mengisahkan tentang keutamaan Umar bin Khatab, Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa syetan tidak akan melalui jalan yang dilewati Umar, karena rasa takutnya kepada Umar.
”Wahai Umar demi Dzat yang menguasai jiwaku (Allah), tidak pernah syaitan itu mau melewati jalan yang biasa engkau lewati, tetapi ia melewati jalan yang biasa dilewati oleh orang selainmu.” (HR Bukhari dari Saad bin Waqqash .ra)
Di era tabiin kita mengenal Imam Ahmad bin Hambal yang hanya dengan terompahnya saja, jin fasik lari ketakutan.
Suatu saat Imam Hambal bin Hambal duduk di masjid, datanglah utusan Al-Mutawakkil, Amirul Mukminin yang memintanya untuk mendo’akan anak wanita Mutawakkil yang kesurupan.
Imam Ahmad tidak berdo’a tetapi malah memberikan dua sandal kayunya seraya berpesan, “Pergilah ke rumah Amirul Mukminin dan duduklah disisi kepala anak wanita yang kesurupan. Katakan kepada jinnya Ahmad berpesan kepadamu, mana yang lebih kau sukai, keluar dari anak wanita ini atau digampar tujuh puluh kali dengan sandal ini.”
Utusan tersebut melaksanakan pesan Imam Ahmad. Dan jin pun berkata, “Saya patuh dan taat. Seandainnya Imam Ahmad menyuruh kami agar tidak tinggal di Iraq, niscaya kami tidak tinggal di Iraq. Sesungguhnya dia (Ahmad) mentaati Allah. Sehingga Allah menjadikan segala sesuatu taat kepadanya.” Lalu jin itu keluar dari anak wanita tadi. Akhirnya ia sembuh dari penyakitnya.
Waktu pun berselang, Imam Ahmad sudah meninggal dunia. Jin tersebut merasuki tubuh si wanita itu lagi. Lalu Mutawakkil mengutus seseorang untuk memberitahukan Abu Bakar Al-Muruzi seraya minta bantuan. Kemudian AL-Maruzi membawa terompahnya Imam Ahmad dan pergi menemui wanita tersebut.
Kali ini jin berkata melalui lisan si wanita, “Saya tidak mau keluar dari wanita ini, karena Imam Ahmad taat kepada Allah, lalu Allah memberitahukan kami untuk taat. Jin tidak takut pada sandal kayu, ia takut pada keshalihan peruqyahnya.”(Duratun Nashihin)
Serta banyak lagi riwayat lainnya yang menunjukkan lemahnya Jin atau syetan dihadapan manusia yang beriman kepada Allah..Penguasaan manusia terhadap Jin tersebut bukan karena kehebatan si manusianya akan tetapi karena kekuatan iman manusia tersebut kepada Allah. Allah yang menciptakan dan memiliki makhluk yang bernama jin. Allah pulalah yang apat menundukkannya terhadap manusia. Tipu daya Syetan dan Jin hanya mengenai orang orang yang lemah imannya
Tidak ada sesuatu apapun yang layak untuk ditakuti kecuali Allah. Jin tidak memiliki kuasa apapun untuk mencelakakan manusia, kecuali atas izin Allah. Jadi mengapa harus takut, jika Allah ada disisi kita !
“Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka".”(Qs. Al- Hijr[15]:39-40)
0 comments:
Post a Comment