Mungkin bagi yang pernah membaca novel atau menonton film romantisme Ayat-Ayat Cinta akan tahu sedikit tentang gambaran hidup di Mesir, karena penulisnya yang pernah mengenyam kuliah dinegeri Piramida ini, 100% mengambil setting novel di negeri ini. Akan tetapi, ternyata, realita kehidupan di negeri tersebut lebih menakjubkan lagi, terutama semangat untuk memegang teguh ajaran agama Islam, setidaknya inilah yang digambarkan dalam beberapa artikel bersambung tentang keunikan Mesir di website www.eramuslim.com. Berikut adalah cuplikan-cuplikan kisah pengalaman beberapa mahasiswa yang pernah mengenyam kuliah di negeri tersebut:
Untuk kisah lebih lengkapnya bisa di download file pdfnya di sini.
“Ada sebuah fenomena menarik yang penulis lihat selama menimba ilmu di negeri Kinanah, Mesir. Anak-anak di negeri ini yang telah berusia 7 sampai 10 tahun rata-rata sudah hafal Al-Quran 30 Juz. “
“Di sekolah-sekolah Al-Azhar, anak-anak tamatan SD diwajibkan menghafal 17 juz. Kemudian ditingkat SMP, SMA sampai perguruan tinggi, mereka harus hafal Al-Quran. Masa-masa kecil inilah mereka dididik untuk menghafal Al-Quran. Karena pada masa itu otak mereka masih bersih, ibarat mengukir di atas batu. Sulit, namun sekali tergores susah hilangnya. “
“Hari itu seorang Mahasiswa Indonesia di Mesir pergi ke PUSKIN (Pusat Kebudayaan Indonesia). Karena dikejar waktu ia terpaksa naik taksi. Ketika dalam perjalanan, azan shalat Ashar berkumandang dari menara-menara masjid Kairo. Tanpa diduga, Sopir taksi itu minta izin berhenti sebentar untuk ikut shalat jamaah di Masjid. Tetapi karena merasa terburu-buru, pelajar Indonesia itu menolak untuk berhenti.
Sopir taksi yang tergolong masih muda dan bercelana Levis itu kelihatan kesal sekali. Disetelanya keras-keras suara azan di radio taksinya. Tidak hanya itu, ia mengebut-ngebutkan taksinya dengan kecepatan yang tinggi, membuat Mahasiswa itu sedikit takut. Namun ia merasa tenang setelah mendengar ucapan unik dari mulut Sopir taksi itu. Ia berkata, “Kalau bukan shalat Ashar dan Subuh sih tidak apa-apa?” katanya.
Sepertinya ia memang terbiasa shalat jamaah di masjid. Terutama shalat Ashar dan Subuh. Setelah mengatakan itu, ia mengangkat suaranya dengan hanya satu kalimat kemudian diam. Anda tahu apa bunyi kalimat itu? Kalimat itu adalah sebaris syair lagu milik Syaikh Musyari Rasyid yang berbunyi. “Inna Shalâtî mâ ukhallîhâ.” (Sungguh shalatku takkan pernah aku tingalkan).”
“Hari ketiga, Mahasiswa yang tadi juga, bersama seorang temannya hendak pergi menemuai Dr. Ragib as-Sirjâni di Pusat Studi Pradaban, di Kairo. Supaya cepat sampai tujuan, Mahasiswa itu naik taksi. Di tengah perjalanan, sopir taksi itu mengeluhkan kesibukan dan kesulitan hidup yang ia hadapi kepada kedua mahasiswa tersebut. Ia bercerita bahwa ia sangat sibuk sehingga tidak punya kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Setiap hari ia harus pergi pagi pulang malam untuk mencari nafkah bagi anak dan istri. Sehingga ia terpaksa mengulang hafalan Al-Qurannya di dalam Taksi tua yang ia kemudi. Ternyata sopir itu telah menghafal Al-Quran 30 Juz. Semenjak pagi itu, ia telah mengulang sebanyak 11 Juz di dalam taksinya. Ia bertanya kepada kedua mahasiswa penumpangnya, “Adakah di antara kalian yang hafal Al-Quran?” “Saya tidak hafal Al-Quran, tetapi ini ada teman saya yang hafal.” Jawab Mahasiswa tadi sambil menunjuk kepada temannya yang memang telah hafal Al-Quran. Sopir taksi itu berkata, “Tolong Anda simak! Saya akan membaca surat Yunus dari awal sampai akhir.” Jadi, selama perjalanan itu, kedua mahasiswa tadi khsuyuk mendengarkan seorang sopir yang mengulang hafalan surat Yunus di dalam taksinya.”
Untuk kisah lebih lengkapnya bisa di download file pdfnya di sini.
0 comments:
Post a Comment